Masuk Sebagai WBTB, Loloan Lestarikan Tradisi Male

0
158
Sejumlah Male diarak menuju Masjid Agung Baitul Qodim Loloan Timur, Sabtu, 6 September 2025. Foto : ONO/IJN.

InfoJembrana.com | JEMBRANA – Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Jembrana, termasuk di Kampung Loloan atau Kelurahan Loloan Timur dan Barat, tak terlepas dari tradisi Male.

Male merupakan rangkaian dari sejumlah telur yang diwadahi berbagai bentuk serta dihiasi dengan warna warni. Bila dulu telur tersebut ditancapkan pada batang pohon pisang yang mengandung makna filosofinya. Namun saat ini banyak yang menggunakan alternatif bahan lainnya. Penggunaan bahan lain ini, tidak mengurangi makna dari Male itu sendiri. Tradisi membuat male, juga tak terlepas dari upacara menggunting rambut bayi dengan kelengkapan sarana tradisional yang digunakan.

Tradisi ini tampak terlihat pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H di Kelurahan Loloan Timur, Sabtu, 6 September 2025. Sejumlah male dengan berbagai macam bentuk dan hiasan di jejer di pinggir jalan untuk siap-siap diarak menuju Masjid Baitul Qodim Loloan Timur.

Tradisi mengarak male dilakukan dengan diiringi irama hadrah. Sampai di masjid, sejumlah male itu diletakan dan dalam prosesi acara Maulidan. Telur yang sudah dihiasi dibagi-bagikan kepada masyarakat yang hadir. Pada peringatan tersebut juga dilakukan prosesi tradisi Ambur Salim dengan menghamburkan beras kuning berisi uang logam, usai selesai dilakukannya pemotongan rambut bayi. Maknanya menuai kebersamaan serta keceriaan di bawah taburan beras kuning.

Kepala Lingkungan Loloan Timur, Muztahidin mengatakan di tahun 2023 tradisi Male di Loloan ini diusulkan ke pusat untuk memperoleh predikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

“Dari usulan itu, akhirnya tradisi Male yang ada di Loloan tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2024. Selain Male, untuk Kabupaten Jembrana berbarengan dengan kesenian tradisional Bumbung Gebyog,” ujar Muztahidin.

Hal ini menandakan tradisi Male telah memiliki hak paten atau hak intelektual dan pengetahuan. Selanjutnya dapat diperkenalkan ke dunia internasional dan tak dapat diklaim dengan daerah lain. Bedanya dengan daerah lainnya, hanya penyebutan namanya saja. Bila didaerah biasanya disebut Pajegan. Tetapi kata Muztahidin, rata-rata muslim di Jembrana menyebutnya Male. Harapannya, ke depan seluruh desa bisa gabung bersama untuk pawai atau parade mengarak Male.

“Setelah Male memperoleh WBTB, kita menunggu sentuhan dari pemerintah daerah dan nanti kolaborasinya seperti apa,” harapnya. Tradisi Male ini menurutnya sudah ada sejak jaman dulu kala.

Sementara Ahmad Muhammad Muftirridha selaku Ketua PHBI Masjid Agung Baitul Qodim ditemui disela acara mengatakan untuk tahun ini, telur Male yang disediakan sebanyak 5000 butir telur dengan 14 Pajegan atau Male.

“Dalam satu pajegan ini memuat beberapa ratus telur yang isinya menurut kemampuan dari yang membuat,” jelasnya.

Male di setiap acara Maulidan, merupakan tradisi di masyarakat umat Muslim di Kabupaten Jembrana. Bahkan kata Ahmad, Male ini masuk sebagai WBTB dari Kementrian Kebudayaan. Makna dari segi agamanya, bagi yang memiliki anak yang masih bayi usianya kurang dari setahun dibuatkan Male. Hal ini kata Ahmad, sebagai bentuk ekspresi kecintaannya kepada Rasulullah dalam Bulan Maulid setiap tahun. Telur sebanyak 5000 butir itu akan dibagikan kepada masyarakat atau jamaah yang hadir dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. ONO/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here