Mudik Lebaran Meninggalkan 53 Ton Sampah di Gilimanuk, TPA Peh akan Produksi RDF

0
253
Kondisi TPA Peh, Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana Bali, sampah menggunung diperkirakan tinggi sekitar 30 meter lebih. Sumber Foto: Dok. Infojembrana

JEMBRANA, (IJN) – Pemerintah Kabupaten Jembrana tak tinggal diam. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah sampah yang mulai menggunung di TPA Peh, Kaliakah, Jembrana ini, salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk mendatangkan alat pengolahan sampah canggih.

Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, menegaskan bahwa dalam waktu dekat, TPA Peh akan dikerjasamakan dengan pihak ketiga untuk pengelolaan sampah. Bahkan pihaknya telah melaksanakan MoU dengan pihak ketiga dan diharapkan bulan Mei 2024 mendatang programnya sudah bisa berjalan.

Meskipun demikian, Tamba mengakui bahwa TPA Peh masih memiliki beberapa kekurangan, seperti anggaran pengelolaan yang minim. Namun, dia optimis bahwa dengan kerjasama dan pengelolaan yang tepat, masalah sampah di Jembrana dapat diatasi.

“Cuman kemarin karena alatnya yang tidak berfungsi sehingga terjadi seperti itu (sampah meluber). Tapi selesai alat (diperbaiki), selesai (masalah) itu. TPA dimanapun kondisinya hampir sama. Yang lain jauh lebih parah,” ujar Tamba.

Pihaknya bercita-cita menjadikan TPA Peh sebagai tempat yang paling berhasil dalam mengelola sampah ke depan. “Nanti kita lihat, siapa yang paling berhasil mengelola sampah,” tantangnya.

Disisi lain, musim mudik Lebaran 2024 di Gilimanuk meninggalkan tumpukan sampah yang menggunung di TPA Peh. Petugas kebersihan kewalahan menangani lonjakan sampah yang mencapai 53 ton, dua kali lipat dari jumlah sampah saat hari normal.

“Peningkatan sampah terjadi sejak awal mudik tanggal 5 sampai 9 Mei, mencapai 29 ton lebih. Kemudian setelah Lebaran, dari tanggal 10 sampai 15 April, ada 24 ton sampah lagi,” jelas Dewa Ary Candra, Kepala Dinas LHK Jembrana, Rabu 17 April 2024.

Kondisi ini diperparah dengan TPA Peh yang sudah tua dan memiliki zona aktif terbatas. TPA yang telah beroperasi selama 30 tahun dengan luas 2 hektar ini hanya mampu menampung 70 are sampah. Tak heran, sampah sempat meluber hingga ke halaman kantor TPA Peh. Disamping juga kendala mesin ekskavator yang sempat mati.

“Kondisi TPA sudah sangat wajar seperti itu,” ungkap Ary Candra.

Namun demikian pihaknya optimis dalam waktu dekat ini pengelolaan sampah akan lebih produktif lagi dengan mendatangkan alat canggih dari pihak ketiga. “Alat ini bisa menata TPA dan mengolah sampah yang bertumpuk menjadi Refuse Derived Fuel (RDF),” jelas Ary Candra.

RDF, kata dia, bahan bakar alternatif yang terbuat dari sampah, diharapkan dapat membantu mengurangi tumpukan sampah di TPA Peh. Selain itu, pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk bijak dalam mengelola sampah.

“Kami mohon masyarakat Jembrana dan pendatang untuk bijak dalam mengelola sampah. Minimal pilah sampah, buang pada tempatnya, dan klasifikasi sampah. Buang sampah yang sudah terkilat dan dibungkus terpisah untuk memudahkan penataan dan pengolahan di TPA,” ujar Ary Candra.

Penanganan sampah yang efektif dan berkelanjutan sangatlah penting untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Diharapkan dengan berbagai upaya yang dilakukan, masalah sampah khususnya di Jembrana secara keseluruhan dapat segera teratasi. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here