JEMBRANA, (IJN) – Denting bel tanda bahaya menggema di SMAN 1 Pekutatan. Bukan pertanda istirahat, melainkan simulasi gempa bumi yang melibatkan seluruh siswa dan guru. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Denpasar, Rabu 18 September 2024 lalu, untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.
Dengan wajah serius, para siswa berlarian menuju titik kumpul yang telah ditentukan. Mereka berlindung di bawah meja, menutupi kepala, dan menghindari benda-benda yang berpotensi membahayakan. Semua gerakan dilakukan dengan tertib dan cepat, menunjukkan pemahaman yang baik terhadap materi yang telah disampaikan oleh tim BMKG.
“Simulasi ini sangat penting karena kita tidak tahu kapan gempa akan terjadi,” ujar I Ketut Sugiarta, Koordinator bidang Observasi dan informasi BMKG Stasiun Geofisika Denpasar, kepada Warsis IJN News, Sabtu 21 September 2024.
“Dengan berlatih secara rutin, kita berharap siswa-siswa dapat menyelamatkan diri dan orang-orang di sekitarnya saat terjadi gempa bumi sungguhan,” tegasnya.
Senada dengan Sugiarta, Kepala Sekolah SMAN 1 Pekutatan, I Wayan Rai Gelgel, juga menekankan pentingnya kegiatan ini untuk para siswa. “Kami sudah menyelenggarakan simulasi gempa sebanyak empat kali. Tujuannya adalah agar siswa dan guru memiliki refleks yang cepat dan tepat ketika terjadi bencana. Ini harus menjadi budaya di sekolah kita,” tegasnya.
Kegiatan simulasi gempa di SMAN 1 Pekutatan menjadi contoh nyata bagaimana sekolah dan lembaga pemerintah bekerja sama untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. “Kita semua perlu belajar dari contoh ini dan mulai mempersiapkan diri menghadapi bencana alam,” pungkasnya. CAK/IJN
