Desa Tukadaya, Salah Satu Desa di Jembrana yang Berbasis Pertanian

0
207
Perbekel Desa Tukadaya, I Made Budi Utama.

JEMBRANA, (IJN) – Desa Tukadaya merupakan salah satu desa dari sembilan desa yang berada di wilayah Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Melihat dari letak geografisnya, desa yang lebih banyak penduduknya bermata pencaharian sebagai petani ini,  memiliki luas wilayah 1.369,445 hektar, berjarak orbitasi dengan ibu kota Kecamatan Melaya adalah 8 kilometer dan jarak dengan ibu kota Kabupaten Jembrana 10 kilometer.

Bila ditinjau dari segi pemanfaatan tanah, Desa Tukadaya yang memiliki luas lahan 1.369,445 hektar tersebut, yang pemanfaatannya untuk lahan sawah seluas 331,50 hektar, pekarangan rumah seluas 87,540 hektar, tegalan atau perkebunan seluas 841,245 hektar dan pemanfaatan lain-lain seluas 109,16 hektar. Berkaca dari itu, desa ini lebih banyak memanfaatkan hasil pertanian kebun dan sawah. Tidak hanya di sektor pertanian, desa yang memiliki delapan banjar dinas tersebut, masyarakatnya juga bergerak di dunia kerajinan serta UMKM lainnya.

Perbekel Desa Tukadaya, I Made Budi Utama saat ditemui tim InfoJembrana di kantornya belum lama ini menyebutkan melihat dari lahan yang ada dan masyarakatnya rata-rata petani, kini cenderung lebih mengedepankan pada sektor pertanian, baik pertanian sawah maupun kebun. Tentunya hal tersebut kata Budi Utama, sesuai dengan indikator visi pembangunan Desa Tukadaya yakni mewujudkan kehidupan perekonomian desa yang mampu menopang kehidupan bagi masyarakat. “Salah satu tujuannya, yaitu terwujudnya sentra pertanian yang berbasis pada salah satu unggulan hasil pertanian yang ada di Desa Tukadaya,” ujarnya. Pengertian pertanian yang dimaksud mampu menjadi tulang punggung dalam menyokong kehidupan serta peningkatan taraf hidup masyarakat Desa Tukadaya.

“Ketika berbicara visi, tentunya akan mengarah pada misinya yakni ingin mengembangkan sumber daya serta hasil pertanian yang sesuai dengan potensi desa, sehingga mampu memiliki daya saing yang cukup dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi,” terang perbekel yang kini sudah memasuki periode kedua.   

Menyadari ingin meningkatkan potensi pertanian serta hasil-hasilnya, tidak hanya menunjang dari segi sarana, alat serta pupuk atau sarana penunjang pertanian lainnya. Tetapi juga,harus menggerakan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, dalam hal ini ingin meningkatkan kualitas para petaninya dibidang pertanian di tengah-tengah kemajuan teknologi.

“Karena rata-rata di desa kami, masyarakatnya bekerja sebagai petani, maka besar harapannya ingin menghidupkan sektor pertanian yang lebih maju. Untuk memajukan pertanian itu, harus ditopang dari pemerintah yang paling bawah sampai pemerintah pusat. Tiada lain untuk memberikan edukasi kepada para petani agar sektor pertanian lebih maju. Salah satunya melalui PPL, tentunya agar pendapatan petani ini bisa lebih maju dan sejahtera. Tidak cukup dengan hal itu saja, bila bicara pemasaran, sudah pasti akan bicara terkait harga produksi pertanian. Terpenting di sini adalah menstabilkan harga dari hasil pertanian, karena itu perlu sekali dibentuk wadah seperti koperasi. Fungsinya, paling tidak dapat menyalurkan hasil pertanian.” paparnya. Kenapa penting adanya wadah semacam koperasi, karena di sini akan dapat meminimalisir  adanya peran tengkulak. Peranannya dan manfaatnya sangat besar. “Perlu adanya penetapan standar harga, baik terhadap sarana pupuk dan obat-obatan untuk pertanian. Ini yang perlu diperhatikan,” tegasnya.  Selain lahan pertanian sawah, masyarakatnya juga bertani kebun. Beberapa hasil kebun yang ada dan makin berkembang di Desa Tukadaya di antaranya tanaman kakao, durian, kelapa, apokat dan pisang.

Selain sektor pertanian yang makin gencar dilakukan, dia mengajak masyarakatnya agar selalu intens untuk memajukan sektor dunia usaha kerajinan. Produksi kerajinan yang masih intens di antaranya kerajinan anyaman dari lidi. Beberapa hasil produksinya berupa ingke, tempat buah, dulang penunjang upacara, alat prasmanan dan kerajinan dari bambu berupa alat memasak semacam alat untuk menanak nasi atau lebih akrabnya disebut kuskusan. Beberapa usaha kerajinan UMKM ini, tak hanya itu saja, di desanya juga pernah ada perajin pembuat tikar dari daun pandan. Hanya saja, disamping para pelakunya rata-rata sudah berusia lanjut dan juga dikarenakan bahannya berupa daun pandan kini sudah mulai susah dicari. (ono/IJN*).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here