InfoJembrana.com | JEMBRANA- Pernahkah kamu penasaran dengan nama Desa Mendoyo Dauh Tukad di Jembrana? Nama ini menyimpan sejarah unik dan menarik. Kisahnya berawal dari masa pemerintahan Kerajaan Jembrana. Tepatnya pada tahun 1811 saat dipimpin Raja Ida Anak Agung Putu Agung.
Sang Raja dibantu oleh seorang patih yang berwibawa. Patih itu bernama I Gusti Ngurah Gede. Ia menjabat sebagai Punggawa Jembrana, sering disebut Punggawa Gede. Saat itu, kerajaan sedang gencar melakukan pembangunan. Fokus utamanya adalah perbaikan Pura Taman Sari dan Pesanggrahan Puri raja.
Gotong Royong dan Ketidakkompakan
Punggawa Gede memimpin langsung pekerjaan besar ini. Beliau dibantu oleh para Pamong wilayah bawahan. Sistem kerja yang dipakai adalah gotong royong atau ngaturang ayah. Semua tukang dan rakyat Jembrana dilibatkan dalam proses ini. Tujuannya agar pembangunan berjalan lancar dan cepat selesai.
Namun, dalam pelaksanaannya, masalah muncul. Punggawa Gede menyadari adanya ketidakkompakan. Ternyata, rakyat dan tukang dari sisi timur sungai besar tak hadir. Sungai besar ini bernama Tukad Aya. Wilayah timur sungai itu dulu disebut Tamblang. Sekarang, wilayah itu dikenal sebagai Desa Dangin Tukadaya.
Dari ‘Mendo-Onyo’ Menjadi Mendoyo
Punggawa Gede merasa heran dan ingin tahu penyebabnya. Kejadian ini terus berulang. Rakyat di sisi timur itu terlihat MENDO—istilahnya beku atau diam—tak bergerak. Para Pamong bawahan memberikan penjelasan. Mereka berkata rakyat di sisi timur bersikap MENDO-ONYO.
Istilah MENDO-ONYO sering terucap dan berulang-ulang. Kata ini mengalami evolusi bahasa. Akhirnya berubah dan disingkat menjadi sebuah kata baru. Kata tersebut adalah MENDOYO. Inilah cikal bakal nama desa yang kita kenal sekarang.
Pembagian Wilayah oleh Pemerintah Belanda
Kisah berlanjut ke tahun 1867. Pada masa itu, Pemerintah Belanda mengangkat raja baru. Raja itu bernama Ida Anak Agung Made Rai. Beliau dibantu oleh seorang punggawa. Nama punggawa itu adalah I Wayan Jembo. Jabatan barunya adalah Punggawa Mendoyo.
Tugas utamanya adalah menata sistem pemerintahan wilayah. Untuk memudahkan, wilayah itu dibagi menjadi area-area kecil. Setiap area dipimpin oleh seorang kelihan. Wilayah yang berada di sisi paling barat sungai dinamai khusus. Sungai yang dimaksud adalah Tukad Mando-Yo.
Mendoyo Dauh Tukad: Nama Resmi Sebuah Sejarah
Bagian barat sungai itu lantas disebut MENDOYO DAUH TUKAD. Nama ini berarti Mendoyo Barat Sungai. Demikianlah kronologi singkat terbentuknya nama desa ini. Nama itu menjadi pengingat sejarah panjang gotong royong dan perubahan bahasa.
Perlu dicatat, jabatan pemimpin desa juga berubah. Dahulu, pemimpin desa disebut Kelian. Seiring waktu, jabatan itu berubah nama. Kini, pemimpin desa itu disebut Perbekel. Pergantian nama ini menunjukkan perkembangan administrasi.
Struktur Pemerintahan Desa Mendoyo Dauh Tukad
Saat ini, Pemerintahan Desa Mendoyo Dauh Tukad terstruktur rapi. Desa ini dibagi menjadi enam wilayah. Wilayah ini dikenal dengan sebutan Banjar. Keenam Banjar tersebut adalah: Banjar Dlod Bale Agung, Banjar Tengah, Banjar Kepuh, Banjar Ngoneng, Banjar Sekar Pancasari, dan Banjar Gunung Sekar.
Setiap Banjar memiliki peran penting dalam kehidupan desa. Desa ini terus menjaga warisan sejarahnya. Sejarah Desa Mendoyo Dauh Tukad menjadi kekayaan budaya Jembrana. Kisah Mendo-Onyo patut dikenang oleh semua warganya. (GA/IJN).


