Bukan Sekadar Nama, Menelusuri Tiga Versi Unik Asal Usul Desa Pohsanten

0
22
Ilustrasi asal usul Desa Phsanten Jembrana.

InfoJembrana.com | JEMBRANA- Siapa sangka, sebuah desa indah di Mendoyo bermula dari hutan rimba yang sunyi. Desa Pohsanten, Jembrana, ternyata menyimpan kisah pembentukan unik dan heroik. Kisah ini bercerita tentang perjuangan para perintis desa di tanah Jembrana. Mari kita telusuri bersama Sejarah Desa Pohsanten Jembrana yang melegenda.

Awal Kisah di Rimba Sunyi Tahun 1800-an

Jauh di sekitar tahun 1800-an, Desa Pohsanten hanyalah hutan rimba belaka. Belum ada permukiman yang permanen di area tersebut. Awalnya, kawasan ini hanya berfungsi sebagai tempat berkebun dan berladang. Para penggarap datang beraktivitas, namun selalu kembali ke desa asalnya.

Lama kelamaan, para pemilik lahan mulai mendirikan gubuk. Mereka membuat pondok-pondok sederhana sebagai tempat singgah harian. Pondok inilah yang kemudian berkembang menjadi kelompok permukiman. Kelompok-kelompok ini lantas dirintis menjadi cikal bakal Banjar.

Berpisah dari Induk, Menjadi Desa Mandiri

Pada awalnya, kelompok Banjar ini bergabung dengan Mendoyo Dangin Tukad. Desa induk tersebut menaungi Pohsanten saat masa penjajahan Belanda. Seiring waktu, populasi di Pohsanten mengalami peningkatan. Banyak pendatang berdatangan dari Karangasem hingga Tabanan.

Pertumbuhan penduduk ini membuat wilayah Pohsanten perlu dipisahkan. Tujuannya adalah untuk membentuk pemerintahan desa yang lebih mandiri. Desa Pohsanten secara resmi berdiri pada tahun 1900. Mereka mulai memilih pemimpin desa yang disebut Kelihan. Pemimpin desa pertama yang terpilih saat itu bernama PAN RIPEN.

Pohon Mangga, Pura, dan Cacing: Tiga Versi Nama

Nama “Pohsanten” sendiri memiliki tiga versi cerita yang unik. Versi pertama adalah kisah yang paling sering diceritakan turun-temurun. Nama ini diambil dari pohon mangga (Poh) jenis Santen. Mangga Santen sangat digemari dan menjadi tempat berteduh para peladang. Poh Santen inilah yang kemudian diucapkan menjadi Pohsanten.

Versi kedua datang dari nama tempat suci di batas utara desa. Tempat itu adalah Pura Pasatan. Pelafalan cepat Pura Pasatan menjadi Pesanten, lalu disesuaikan. Versi terakhir mengacu pada binatang Pacet (lintah/cacing) yang banyak ditemukan. Tanah yang banyak Pacet disebut “Pacetan,” kemudian berubah lagi menjadi Pohsanten.

Pembangunan Desa Terus Bergerak Maju

Setelah menjadi desa mandiri, pembangunan mulai direncanakan secara serius. Tiga pura penting desa, yaitu Pura Kahyangan Tiga, didirikan tahun 1934. Kemudian, sekolah untuk masyarakat mulai dirintis secara gotong royong. Sekolah Rakyat (SR) ini berhasil didirikan pada tahun 1951.

Penataan pemerintahan semakin intensif pada era Orde Baru, tahun 1966. Pembangunan infrastruktur seperti jalan dan Balai Desa pun terus ditingkatkan. Hari ini, Desa Pohsanten Mendoyo telah memiliki 5 Banjar dinas atau pekraman. Banjar tersebut adalah Munduk, Rangdu, Pasatan, Dauh Pangkung Jangu, dan Dangin Pangkung Jangu.

Inilah kisah yang membuat warga Pohsanten bangga dengan daerahnya. Perjalanan dari hutan rimba menjadi desa mandiri patut diapresiasi. Sejarah Desa Pohsanten Jembrana akan selalu dikenang sebagai warisan. (GA/IJN).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here