INFOJEMBRANA.COM|JEMBRANA– Bali, pulau yang sarat legenda, punya Desa Kaliakah. Desa ini terletak di Kabupaten Jembrana. Asal usul nama desa ini memiliki dua versi misterius. Kedua versi ini sama-sama diceritakan turun-temurun oleh penduduk setempat. Cerita ini menjadi bagian dari identitas desa yang kuat.
Versi pertama mengisahkan pertarungan ilmu. Pertarungan sengit antara ilmu hitam dan ilmu putih terjadi. Ilmu putih akhirnya berhasil meraih kemenangan. Kemenangan ini mengakhiri musibah penyakit yang melanda.
Musibah itu ditimbulkan oleh ilmu pengeleakan atau ilmu hitam. Nama Kaliakah kemudian disimpulkan. Disimpulkan dari kata Keleakan yang berarti musibah penyakit. Musibah yang menimpa masyarakat akibat ilmu tersebut.
Versi kedua mengisahkan sebuah bencana alam besar. Bencana itu adalah banjir bandang yang menghanyutkan. Banjir besar ini membawa berbagai pohon dan akar. Pohon dan akar-akar itu bergelimpangan di sungai. Kejadian inilah yang melahirkan nama Kaliakah.
Nama itu berasal dari gabungan kata. Kata Kali berarti sungai. Serta Akah yang berarti akar pohon. Gabungan kata-kata ini disimpulkanlah menjadi Kaliakah. Kisah ini diyakini sebagian besar masyarakat.
Asal Usul Nama-Nama Banjar yang Unik
Desa Kaliakah memiliki enam banjar dinas. Setiap banjar punya cerita unik. Cerita yang melatarbelakangi penamaannya. Banjar Kaliakah namanya diambil. Diambil dari kejadian pertarungan ilmu.
Banjar Munduk namanya diambil dari ketinggian. Dataran banjar ini lebih tinggi. Lebih tinggi dibandingkan banjar lainnya. Kata Munduk berarti dataran tinggi.
Banjar Pangkung Liplip punya cerita sungai. Di sana ada sungai kecil yang sangat dalam. Air sungai itu terlihat berkelap-kelip. Kata Pangkung Liplip berarti sungai berkelap-kelip. Sungai ini adalah campuhan dari Sungai Kaliakah.
Banjar Banyubiru berasal dari sebuah rawa. Rawa-rawa itu sangat luas. Airnya terlihat kebiru-biruan dari kejauhan. Kata Banyubiru berarti air biru. Air yang mengalir dari rawa tersebut.
Banjar Pangkung Buluh namanya sangat sederhana. Di pinggir sungai kecil itu. Ditemukan banyak tumbuh pohon bambu buluh. Pohon bambu buluh itulah yang melahirkan nama. Sementara Banjar Peh adalah pemecahan. Pemecahan dari dua banjar sebelumnya.
Kaliakah: Tempat Lahirnya Tradisi Makepung
Desa Kaliakah punya warisan budaya kuat. Tradisi Makepung lahir di desa ini. Makepung adalah balapan kerbau tradisional. Tradisi ini dimulai pada tahun 1930-an. Makepung awalnya kegiatan mengolah sawah.
Kegiatan ini dilakukan di sawah berlumpur. Petani melakukannya sebelum menanam padi. Pada tahun 1960-an, tradisi ini berkembang. Makepung diangkat ke jalan sawah. Kegiatan ini menjadi lebih terstruktur. Dan terus dilestarikan hingga kini.
Tradisi Makepung memiliki aturan sederhana. Dua pasang kerbau disiapkan untuk lomba. Kerbau di depan dan di belakang diberi jarak. Jarak pisah antara keduanya sekitar sepuluh meter. Pasangan kerbau di depan akan jadi pemenang. Pemenang jika jaraknya lebih dari sepuluh meter.
Makepung di Kaliakah punya tujuan luhur. Tujuannya adalah melestarikan budaya lokal. Sekaligus pengembangan sektor pertanian. Tradisi ini menunjukkan semangat agraris. Semangat masyarakat yang gigih. Kaliakah adalah simbol budaya Jembrana.