Perjalanan 30 Keluarga Membuka Hutan Jembrana, Terciptalah Kebudayaan Bali dan Kristen Menyatu di Ujung Barat

0
21
Gereja Protestan Desa Blimbingsari Jembrana Bali

INFOJEMBRANA.COM| JEMBRANA– Bali, pulau yang sarat akan kisah akulturasi budaya, punya permata unik. Desa Blimbingsari di Jembrana didirikan sejak tahun 1939. Tiga puluh kepala keluarga beragama Kristen dari Badung membuka lahan. Mereka datang dengan tujuan besar, yaitu membuka hutan lebat untuk pertanian.

Para perintis desa ini berhasil membangun kehidupan. Mereka membangun infrastruktur dasar dalam waktu singkat. Rumah, jalan, dan gereja menjadi bukti awal peradaban. Desa Blimbingsari kemudian berkembang pesat dan asri.

Peran Sentral Pendiri dan Pemerintah Belanda

Pendirian desa ini dimulai dari niat kuat. Niat kuat 30 kepala keluarga Kristen dari Badung. Mereka ingin menciptakan pemukiman baru yang damai. Tujuannya adalah membuka lahan pertanian yang subur. Mereka ingin memiliki tempat tinggal yang tenang.

Proses pendirian desa ini mendapatkan persetujuan. Persetujuan langsung dari Regent Jembrana dan Sedahan Agung. Dukungan penuh ini memuluskan pembukaan lahan hutan. Peran Pemerintah Belanda juga turut membantu proses. Belanda menugaskan narapidana untuk membangun barak. Barak itu menjadi tempat tinggal sementara warga baru.

Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Gereja

Blimbingsari adalah salah satu contoh akulturasi yang indah. Masyarakat mayoritas beragama Kristen Protestan. Namun, mereka tetap menjaga budaya Bali yang kental. Kebudayaan ini terpadu dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Keunikan desa ini terlihat jelas pada bangunannya. Gereja mereka menggunakan ornamen dan dekorasi khas Bali. Gereja itu bahkan dilengkapi dengan Bale Kulkul tradisional. Arsitektur gereja ini sungguh memukau. Ini adalah wujud toleransi yang sangat mendalam.

Karakteristik Desa Agraris yang Subur

Desa Blimbingsari merupakan daerah agraris yang subur. Lahan di sana menghasilkan berbagai komoditas unggulan. Desa ini terkenal sebagai penghasil kakao. Mereka juga menghasilkan kelapa dan aneka buah-buahan. Kekuatan agraris ini menopang ekonomi desa.

Selain itu, Blimbingsari dikelilingi alam yang indah. Desa ini berdekatan dengan Bendungan Palasari. Sebagian wilayahnya berbatasan langsung. Berbatasan dengan Kawasan Taman Nasional Bali Barat. Lingkungan alam ini menambah pesona desa.

Pariwisata Rohani Berbasis Masyarakat

Desa Blimbingsari dikenal sebagai desa wisata rohani. Tempat ini menawarkan pemandangan alam yang asri. Suasana pedesaan di sini sangat menenangkan. Pengelolaan pariwisata dilakukan dengan model unik. Model Community Based Tourism. Pariwisata ini sepenuhnya dikelola masyarakat.

Pengelolaan pariwisata ini sangat memberdayakan. Ia membuka peluang ekonomi baru bagi warga. Mereka bisa menyediakan penginapan (homestay). Atau menjual produk pertanian lokal. Wisatawan datang untuk mencari ketenangan. Serta menyaksikan harmoni budaya unik.

Warisan Budaya yang Terus Lestari

Pariwisata di Blimbingsari punya nilai edukasi. Wisatawan bisa belajar tentang sejarah desa. Belajar tentang toleransi antarumat beragama. Serta melihat langsung akulturasi budaya. Tradisi ini terus dijaga warga. Agar warisan budaya tidak hilang. Blimbingsari adalah cerminan. Cerminan Bali yang sesungguhnya.

Desa ini terus berkembang pesat dan harmonis. Keberhasilannya menjadi inspirasi bagi banyak desa. Ia menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan. Justru dapat melahirkan keindahan besar. (GA/IJN).


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here