
InfoJembrana.com | JEMBRANA – Proyek pembangunan senderan pengaman Pantai Pebuahan, Kabupaten Jembrana, yang menelan anggaran fantastis mencapai Rp 18,5 miliar menjadi sorotan tajam. Proyek yang baru selesai dibangun pada 2024 lalu ini kini banyak dikeluhkan warga karena kondisinya yang sudah rusak parah padahal belum genap satu tahun.
Kerusakan terlihat pada berbagai bagian, mulai dari pondasi luar, lantai jogging track, hingga lepasnya batu-batu armor berukuran besar yang seharusnya menjadi pelindung utama. Kondisi ini diperparah setelah hujan deras dan banjir yang terjadi baru-baru ini.
Menurut YT, salah satu warga setempat, kerusakan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai kualitas proyek. “Senderan ini belum setahun sudah banyak yang rusak. Apakah karena ombak di Pebuahan yang sangat ganas, atau kualitas yang kurang baik,” ujarnya, saat dikonfirmasi, Senin 15 September 2025.
Ia bahkan menduga bahwa kerusakan tidak hanya disebabkan oleh ombak, melainkan juga kualitas bahan dan pengerjaan yang kurang memadai. YT menyebut, beberapa bagian senderan sudah mulai ambrol hanya dalam tiga bulan pertama setelah proyek rampung. “Kena hujan saja sudah pada ambrol,” tambahnya.
Kondisi ini, menurutnya, berbeda jauh dengan senderan di pantai lain seperti Perancak, Delodberawah, Cupel, Rening, dan Candikusuma yang tetap kokoh meskipun berada di wilayah pesisir. “Kalau karena ombak, semua senderan akan hancur. Kenyataannya, cuma di Pebuahan yang hancur,” tegasnya.
Selain kualitas, proses pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak rekanan juga terkesan lambat. Warga khawatir jika pengerjaan tidak segera diselesaikan, kerusakan akan dibiarkan begitu saja setelah masa pemeliharaan berakhir. Warga berharap perbaikan yang sedang berjalan bisa dilakukan dengan kualitas yang lebih baik agar proyek ini bisa bertahan lebih lama dan tidak hanya menjadi formalitas.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana Gede Sugianta mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan balai wilayah sungai (BWS) bahwa kerusakan senderan masih tanggung jawab dadi rekanan. ”Sudah dikejar (penyelesaian) oleh rekanan,” ungkapannya, Senin 8 September 2025 lalu.
Pengerjaan perbaikan bagian senderan yang rusak, sambil menunggu cuaca yang mendukung. Sehingga selama masa pemeliharaan ini bisa selesai dikerjakan kerusakan. Pihak balai juga sudah menegur pihak rekanan untuk segera menyelesaikan perbaikannya.
Seperti diketahui, karena dihantam ombak besar mengakibatkan kerusakan bangunan revetmen pantai yang dibangun tahun 2024 lalu, dengan anggaran sekitar Rp 18 miliar. Total panjang 780 meter sebagian besar pada bagian joging track dan pondasi bagian luar. Perbaikan sudah dimulai sejak awal bulan Juli lalu, namun hingga saat ini belum selesai. CAK/IJN