INFOJEMBRANA.COM– Jembrana, di sisi barat Pulau Bali, punya cerita kuliner. Ada sebuah jajanan sangat legendaris. Jajanan ini sudah ada sejak zaman Jepang. Ia adalah Sate Languan. Kuliner ini bukan sembarang makanan. Ia adalah warisan rasa yang abadi. Mencicipinya seolah masuk ke masa lalu. Mengingat kisah para pendahulu yang gigih.
Warung sate ini pun sangat sederhana. Ia berdiri kokoh di bawah sebuah pohon. Pohon jambu biji yang rindang dan sejuk.
Di balik kelezatan Sate Languan. Ada sosok yang penuh dedikasi. Namanya adalah Nenek Ni Wayan. Ia adalah pemilik warung Sate Languan. Nenek Ni Wayan sudah berjualan puluhan tahun. Tepatnya selama 60 tahun tanpa henti. Dedikasinya pada kuliner ini patut diacungi jempol.
Ia telah menyaksikan banyak perubahan. Namun, Nenek Ni Wayan tetap di tempatnya. Ia setia menjaga resep turun-temurun. Ia memastikan setiap tusuk sate. Punya rasa otentik yang sama. Rasa yang telah dinikmati. Oleh para pelanggan selama enam dekade. Konsistensi inilah yang membuat. Sate Languan begitu dicintai.
Setiap hari, warung ini mulai buka. Tepat pada pukul sebelas pagi. Nenek Ni Wayan datang ke warungnya. Dengan bahan-bahan segar yang telah disiapkan. Ia menata dagangan di bawah pohon jambu. Pohon ini jadi naungan alami. Ia melindungi dari teriknya matahari.
Suasana warung ini sangat sederhana. Tapi ia punya daya pikat tersendiri. Aroma ikan segar yang dibakar tercium. Menarik perhatian setiap orang yang lewat. Banyak pelanggan setia datang. Mereka sudah tahu jadwal Nenek Ni Wayan. Mereka tak sabar menunggu antrean.
Sate Languan terbuat dari daging ikan segar. Nenek Ni Wayan menggunakan ikan pilihan. Setiap harinya, ia butuh 12 kilogram. Daging ikan segar untuk bahan utama. Daging ini diolah dengan rempah pilihan. Kemudian dibentuk menjadi sate yang unik.
Selain Sate Languan, ia juga membuat. Tum Ikan Laut yang tak kalah lezat. Ini adalah hidangan ikan laut. Dibumbui rempah dan dibungkus daun pisang. Lalu dikukus sampai matang sempurna. Tum ikan ini punya rasa khas. Melengkapi kelezatan sate ikan. Nenek Ni Wayan adalah seorang ahli. Ahli dalam mengolah hidangan ikan.
Satu porsi Sate Languan sangat lengkap. Piringnya berisi tiga tusuk sate. Sate ikan yang dibakar sempurna. Kemudian ada potongan lontong yang padat. Lontong ini jadi pendamping yang pas. Ditambah **tum ikan sambal** yang pedas. Sambal ini memberikan sensasi rasa. Rasa pedas yang menyegarkan di lidah.
Harga satu porsi sangat terjangkau. Hanya Rp13.000 saja. Dengan harga yang ramah di kantong. Pelanggan bisa nikmati hidangan. Hidangan legendaris dengan rasa mewah. Harga ini juga sesuai. Dengan bahan-bahan yang digunakan.
Sate Languan Nenek Ni Wayan punya ciri khas. Teksturnya padat tapi tetap lembut. Rasanya gurih dengan aroma rempah. Aroma ikan bakarnya sangat kuat. Ketika dimakan, rasanya melebur di mulut. Sensasi pedas dari sambal tum ikan. Memberi semangat baru bagi lidah.
Ini bukan sekadar makan siang. Ini adalah pengalaman menikmati sejarah. Makanan ini membawa cerita panjang. Cerita tentang ketahanan dan kesetiaan. Sate Languan adalah bukti nyata. Bahwa rasa sejati akan selalu bertahan.
Sate Languan adalah harta tak ternilai. Ia adalah warisan kuliner Jembrana. Nenek Ni Wayan adalah penjaganya. Ia menjaga tradisi ini tetap hidup. Ia adalah pahlawan kuliner lokal. Dedikasinya menginspirasi banyak orang.
Tradisi seperti ini harus terus dilestarikan. Agar generasi muda bisa tahu. Bahwa ada kelezatan di balik kesederhanaan. Ada sejarah di balik setiap gigitan. Sate Languan adalah permata Jembrana. Ia adalah bukti kekayaan kuliner Bali. GA/IJN.