
InfoJembrana.com | JEMBRANA – Cuaca ekstrem berupa angin kencang dan gelombang tinggi telah melanda perairan Selat Bali sejak Juni dan diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Kondisi ini membuat operasional penyeberangan di Pelabuhan Gilimanuk dan Ketapang mengalami gangguan, bahkan sempat buka-tutup, yang mengakibatkan antrean panjang kendaraan.
Kepala Stasiun Klimatologi Bali di Jembrana, Aminudin Al Roniri, melalui stafnya Trayi Budi Samantu, menjelaskan bahwa angin kencang dan gelombang tinggi ini merupakan fenomena tahunan. Namun, kondisi tahun ini diperparah oleh adanya siklon tropis di timur perairan Jepang.
“Angin dan gelombang di bulan Agustus lebih besar dari normal, bahkan bisa mencapai puncaknya. Kondisi ini perlu diwaspadai, tidak hanya oleh penyeberangan, tetapi juga para nelayan,” ujar Trayi.
Ia menambahkan, perbandingan gelombang di perairan selatan Bali yang normalnya 0,5–1,5 meter, kini bisa mencapai 2,5–3 meter. Ini menunjukkan peningkatan signifikan yang berpotensi membahayakan.
Pihak BMKG mengimbau agar masyarakat, khususnya nelayan, tetap waspada. Cuaca ekstrem ini berpotensi menimbulkan berbagai dampak, mulai dari pohon tumbang, banjir rob, hingga gelombang pasang yang lebih tinggi. Khusus untuk pengelola pelabuhan penyeberangan, BMKG menegaskan pentingnya memantau informasi cuaca secara berkala.
“Jika terjadi cuaca ekstrem, lebih baik pelabuhan ditutup sementara untuk mengantisipasi kecelakaan laut,” tegas Trayi.
Dampak langsung dari cuaca buruk ini terlihat dari antrean kendaraan yang sempat memadati Pelabuhan Gilimanuk hingga Jalan Nasional Denpasar-Gilimanuk. Kendaraan, yang mayoritas angkutan barang, memenuhi area parkir pelabuhan saat operasional penyeberangan terganggu. Meskipun antrean saat ini berkurang, situasi ini diimbau untuk selalu waspada akan bahaya cuaca ekstrem di Selat Bali. CAK/IJN