
JEMBRANA, (IJN) – Sejak jembatan gantung di Banjar Nusamara, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, putus diterjang banjir bandang pada 4 November 2021, akses bagi 21 Kepala Keluarga (KK) di wilayah tersebut hingga kini belum tersentuh perbaikan. Sehingga aktifitas warga menjadi terhambat, terutama akses anak anak sekolah.
Perbekel Desa Yehembang Kangin, I Gede Suardika, mengatakan, selama empat tahun terakhir warga di lokasi tersebut kesulitan untuk akses keluar masuk antar banjar, apalagi saat musim hujan. Saat debit air sungai naik, warga bahu membahu mengangkat motor agar bisa menyeberang untuk transportasi sekolah maupun membawa hasil kebun. Namun, ketika air surut, mereka bisa melintas dengan sepeda motor.
“Sudah empat tahun terakhir, aktivitas warga seperti itu. Kalau air sungai naik, tidak bisa dilintasi motor, terpaksa diangkat secara gotong royong,” terangnya.
Akibat putusnya jembatan ini, puluhan KK tersebut terisolasi, terutama saat hujan deras dan air sungai meluap. Aspirasi warga untuk perbaikan jembatan sudah berkali-kali disampaikan, namun hingga kini belum ada realisasi.
Beberapa saat setelah jembatan putus, pemerintah terkait langsung meninjau lokasi. Saat itu, warga telah mengusulkan agar jembatan gantung diganti dengan jembatan permanen. Usulan tersebut, mengingat penyebab putusnya jembatan adalah bencana, telah disampaikan kepada BPBD Pusat dan ditindaklanjuti oleh BPBD Provinsi. Dinas Pekerjaan Umum Jembrana juga telah melakukan survei untuk perencanaan.
“Aspirasi itu sudah ditindaklanjuti dengan melakukan survei instansi terkait, tetapi pembangunan masih menunggu ketersediaan anggaran,” tambah Suardika.
Diperkirakan, pembangunan jembatan permanen yang dapat dilintasi mobil membutuhkan anggaran sekitar Rp 6 miliar. Angka ini tentu jauh melampaui kemampuan anggaran desa yang hanya sekitar Rp 2 miliar per tahun, sehingga harapan besar pada pemerintah kabupaten, provinsi, atau pusat.
Meskipun harapan utama adalah jembatan permanen yang dapat dilalui mobil, warga mengaku akan menerima jika hanya jembatan gantung seperti sebelumnya yang dibangun, asalkan ada akses penghubung.
“Kalau memang tidak ada anggaran banyak, jembatan gantung seperti yang putus juga tidak masalah. Yang penting ada jembatan,” tukasnya. CAK/IJN