
JEMBRANA, (IJN) – Memperingati Trisuci Waisak 2569 BE/2025 Vihara Empu Astapaka kembali menggemakan tradisi Pindapata yang merupakan tradisi para Buddha. Sejak pk.07.00 umat sudah bersiap disepanjang jalan Ngurah Rai hingga Kantor Kemenag Kab Jembrana jalan Hasanuddin.
Umat nampak gembira menanti kesempatan mempersembahkan dana makanan kepada dua Bhikku yang berjalan perlahan membawa Patta (mangkok tempat makan bhikku) diiringi panitia, petugas kepolisian juga turut membantu kelancaran Pindapata ini.
Sebagaimana diketahui bahwa Pindapata adalah tradisi menerima persembahan dana makanan dengan mangkuk yang dilakukan para Bhikku, anggota Sangha. Ini dilaksanakan dengan cara berjalan kaki serta membawa mangkuk makanan untuk menerima dana makanan dari umat.
Saat Pindapata bhikku yang mempunyai usia penahbisan atau masa vasa lebih lama berjalan paling depan. Selanjutnya diikuti bhikkhu yang lebih muda masa vasanya, sesuai aturan kehidupan Kebhikkuan. Tujuannya sebagai bentuk bakti atau hormat kepada Bhikku usia vasa lebih tua karena dianggap sudah memiliki pengetahuan, latihan dan perilaku lebih baik.
Sesuai aturan, Bhikkhu tidak diperbolehkan menerima uang untuk kepentingan pribadi atau terlibat dalam perdagangan dan barter. Namun, dana berupa uang dapat disalurkan untuk kepentingan pendidikan, pembinaan umat, serta kebutuhan vihara seperti buku dan fasilitas penunjang.
Tradisi Pindapata menjadi sebuah refleksi atas kesediaan umat untuk berbuat kebajikan. Untuk umat Buddha, tradisi ini merupakan kewajiban dan dianjurkan untuk dilakukan sebagai bentuk menolong siapa saja yang membutuhkan. Sedekah umat kepada para bhikku juga menjadi simbol perbuatan baik yang diajarkan Sang Buddha.
Bagi para bhikku, pindapata merupakan cara melatih diri untuk hidup sederhana, menjaga perhatian, dan merenung tujuan sebenarnya, terutama fungsi utama makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan badan jasmani agar tidak cepat sakit dan lapuk. Bukan untuk kesenangan dan mencari kenikmatan, tetapi untuk dapat berlatih menempuh kehidupan suci, membebaskan diri dari dukkha samsara.
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Jembrana I Gusti Komang Budi Santika menyatakan bahwa tradisi cara hidup Bhikkhu ini sudah ada dan dikenal masyarakat India sejak sebelum kehadiran Buddha.
“Ini cara hidup luhur dan kami kementrian agama membuka diri untuk hal hal kebajikan seperti kegiatan ini dan mari jadikan tempat ini sebagai rumah kebajikan bagi kita semua lintas agama sebagai cermin kita bisa hidup rukun, damai dan harmonis,” terangnya disela sela acara saat menerima Bhikkhu Tejapunnyo Mahathera serta Bhikkhu Pabhajayo di ruangannya.
Pindapata Waisak 2569 ini selenggarakan hari Sabtu, 7 Juni 2025 di Kantor Kemenag Jembrana, selain Pindapata juga ada donor darah, pemeriksaan kesehatan serta melepas 200 ekor tukik di Kura Asih Perancak. Hadir pula dalam acara tersebut Ibu Bupati Jembrana, Ny. Ani Setiawarini Kembang Hartawan bersama Ibu Wakil Bupati, Ny. Inda Swari Dewi Patriana.
“Pindapata juga dilakukan menjelang Sannipata Waisak 2569 di Vihara Empu Astapaka, Gilimanuk keesokan harinya 8 Juni 2025 yang dihadiri Bupati Jembrana, serta forkompinda, tokoh agama, dan adat,” tutup Liem Kok Hin selaku Ketua Panitia didampingi penyelenggara Buddha, Boyono, S.Ag dan Romo Samianto ketua WALUBI. CAK/IJN