
JEMBRANA, (IJN) – Kampung Loloan yang ada di Kabupaten Jembrana, menyimpan sejumlah khasanah budaya, mulai dari peninggalan bangunan rumah panggung, bahasa melayunya, kulinernya serta benda-benda sejarah yang tersimpan.
Salah satu tradisi yang menarik adalah konsep menyama braya antara masyarakat Melayu Loloan yang mayoritas
muslim dengan umat Hindu yang di Jembrana. Kerukunan antar umat beragama dan budaya ini sudah terjadi secara turun temurun sejak ratusan tahun silam.
Tradisi ini tampaknya menjadi daya tarik masyarakat termasuk para akademisi dari luar Pulau Bali untuk bertandang atau berkunjung ke Loloan. Salah satunya rombongan pelajar dari SMA Islam Panglima Besar (PB) Jendral Soedirman Bekasi berkunjung ke Kelurahan Loloan Timur, Kamis, 22 Mei 2025.
Kurang lebih 50 siswa siswi SMA dari Bekasi ini disambut dengan penampilan seni pencak silat, balas pantun dan tradisi ambur salim dari remaja Loloan Timur. Selanjutnya mereka diajak bertandang ke salah satu rumah panggung untuk menonton film dokumenter akulturasi budaya.
Setelah itu diwarnai dengan penyampaian materi tentang akulturasi budaya di Loloan termasuk Jembrana dan tradisi menyama braya oleh dua pemateri, Bendesa Adat Lokasari Loloan Timur I Nengah Mahadiarta dan pemerhati budaya yang juga anggota DPRD Jembrana, Hasbil Ma’ani. Tampak hadir, budayawan Loloan H. Musadat Johar, anggota DPRD Jembrana H.Muhamad Yunus, Lurah Loloan Timur Sukron Hadiwijaya dan Kaling Loloan Timur, Muztahidin.
Usai mendengar pemaparan dari kedua pemateri, beberapa siswa mengutarakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan tentang akulturasi budaya di Jembrana terutama di Loloan. Mereka intinya kagum dengan tradisi yang dibangun terhadap kerukunan masyarakatnya yang selalu menjaga toleransi antar umat beragama.
“Kedatangan kami ke sini (Loloan) ingin mengetahui tentang akulturasi budaya dan toleransi beragama, yang kemungkinan tidak ditemukan di daerah lain. Hanya bisa ditemukan di sini, sehingga kita kita harus datang ke Loloan,” ujar Wakil Kepala bidang kurikulum SMA PB Soedirman Bekasi, Muhroni.
Tak hanya itu, kedatangannya ini juga untuk mendidik siswa siswi agar nantinya memahami keberagaman. Bila nanti jadi menjadi pemimpin harus penuh toleransi dan memperhatikan keberagaman. Dia mengetahui tentang kampung Loloan Jembrana ini dari media, khususnya daerah-daerah yang mengedepankan keberagaman bhineka tunggal eka.
“Kunjungan ini bagi siswa siswi sangat bermanfaat. Nantinya dapat menanamkan jiwa toleransi, memahami perbedaan walaupun kita berlatar belakang berbeda-beda,” jelas Muhroni.
Selain itu, dia juga menerangkan, sepulang dari Jembrana, siswa siswinya dituntut untuk membuat sebuah karya tulis, apa yang simak dan dilihat dari kunjungan ke Loloan.
Sementara di tempat terpisah, Lurah Loloan Timur Sukron Hadiwijaya memberi apresiasi kegiatan ini, karena merupakan wujud sebuah literasi dan budaya toleransi secara turun temurun di Loloan Timur. Bahkan Jembrana terutama di Loloan boleh dikatakan sebagai miniatur Indonesia.
“Bila terjadi suatu masalah, maka akan diselesaikan secara damai dengan mencapai solusi dan komunikasi yang terbaik, sehingga apa yang telah terjalin selama ini, khusus nilai-nilai toleransi dapat terjaga dengan baik,” papar Sukron. ONO/IJN