Pabrik Pengolahan Sampah Medis di Jembrana Belum Optimal, Tumpukan Sampah Menumpuk

0
515
Suasana tampak depan pabrik pengolahan limbah B3 milik PT. KLIN di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Kamis 9 Januari 2025. Sumber foto: CAK/IJN.

JEMBRANA, (IJN) – Pabrik pengolahan limbah B3 milik PT. KLIN di Pengambengan, Jembrana, yang digadang-gadang sebagai solusi pengelolaan sampah medis di Bali, ternyata masih menghadapi sejumlah kendala. Meski sudah beroperasi sejak pertengahan tahun lalu, kapasitas produksinya jauh dari harapan.

Gede Agung Jonapartha, perwakilan PT. KLIN, mengungkapkan bahwa volume sampah medis yang masuk ke pabrik masih sangat fluktuatif. Uji coba alat, kata dia, sudah dimulai sejak tahun lalu dan mulai beroperasi penuh pada pertengahan tahun 2024.

Minimnya jumlah sampah medis yang masuk, mengakibatkan mesin pengolahan yang memiliki kapasitas 500 kilogram per jam seringkali tidak beroperasi secara maksimal. Akibatnya, tumpukan sampah medis menumpuk di area pabrik. Jon juga membenarkan terkait adanya tumpukan sampah di dalam pabrik, menunggu volume sampah cukup untuk melakukan pengolahan menjadi residu.

“Mesin pengolahan kita sebenarnya punya kapasitas besar, namun jumlah sampah yang masuk masih belum maksimal,” ungkap Pakde Jon, panggilan akrabnya, dikonfirmasi, Kamis 9 Januari 2025.

Sampah medis yang belum terolah pun terpaksa ditumpuk sementara di dalam area pabrik, karena harus menunggu batas minimum jumlah untuk diolah, sehingga operasional mesin tidak sia-sia.

“Memang kita timbun dulu sampah medis ini sembari menunggu volumenya cukup untuk mengoperasikan alat. Kita juga perhitungkan cost jika mesin dihidupkan untuk mengolah sampah sedikit-sedikit,” jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, proses pembakaran sampah medis yang memakan waktu cukup lama juga memperparah masalah ini. Untuk mencapai suhu ideal, mesin membutuhkan waktu sekitar tiga jam. “Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang menghambat proses pengolahan. Mesin idealnya bisa bekerja 24 jam, tapi karena sampah kurang, kita hanya operasikan 12 jam per hari,” ujarnya.

Jon menambahkan, selama ini, pengiriman residu hasil pengolahan sampah medis ke Jawa, sudah dua kali dilakukan. Namun begitu, proses pengiriman juga mengalami kendala karena batas minimum pengiriman.

“Jadi residu kita timbun dulu, jika jumlah sudah memenuhi baru kita kirim ke Jawa,” katanya.

Terkait jenis sampah yang masuk dalam pengolahan di pabrik Limbah B3 ini, kata Jon, sudah dipilah terlebih dahulu oleh transporter, sehingga sampah yang masuk hanya sampah medis dari fasilitas kesehatan yang ada di Bali termasuk rumah sakit.

“Informasi sudah kita berikan kepada para transporter terkait jenis sampah medis yang bisa diolah, namun jumlahnya masih belum memenuhi target,” tandas Jon.

Kondisi ini tentu saja mengkhawatirkan. Tumpukan sampah medis yang tidak segera diolah berpotensi menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Selain itu, kapasitas pengolahan sampah medis di Bali yang belum optimal juga menjadi tantangan tersendiri. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here