JEMBRANA, (IJN) – Duka mendalam menyelimuti keluarga Ni Putu Kariani (44), seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Jembrana. Jenazah Kariani tiba di kampung halaman, Minggu 29 Desember 2024 dan disambut isak tangis keluarga dan kerabat.
Suami Kariani, I Ngurah Nata (48), tak kuasa menahan haru saat pertama kali melihat jenazah istrinya. “Saya langsung mengenali istri saya dari tanda di kakinya. Itu yang membuat saya yakin bahwa itu benar-benar dia,” ungkap Nata dengan suara bergetar, Minggu.
Kariani diketahui meninggal dunia di Turki akibat penyakit yang dideritanya setelah menjalani serangkaian pengobatan, termasuk kemoterapi. Rencana kepulangannya sempat tertunda karena kondisi kesehatannya yang terus memburuk.
“Istri saya sempat berjuang keras untuk pulang, tapi takdir berkata lain,” lanjut Nata. Ia menceritakan bahwa komunikasi terakhir dengan Kariani melalui panggilan video menunjukkan kondisi sang istri yang sudah sangat lemah.
Proses pemulangan jenazah Kariani bukanlah hal yang mudah. Berbagai kendala, baik administratif maupun finansial, harus dihadapi keluarga. Namun, berkat kepedulian dan bantuan dari berbagai pihak, terutama para PMI di Turki, jenazah Kariani akhirnya bisa kembali ke tanah air.
“Saya sangat bersyukur atas bantuan semua pihak yang telah membantu memulangkan jenazah istri saya,” ucap Nata terharu.
Jenazah Kariani rencananya akan disemayamkan dan upacara pengabenan akan dilaksanakan pada 2 Desember 2024. Kepergian Kariani menjadi duka mendalam bagi keluarga dan juga menjadi pengingat akan risiko yang dihadapi para TKI dalam mencari nafkah di luar negeri.
Diberitakan sebelumnya, Ni Putu Kariani (44), asal Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, harus menghembuskan napas terakhir di Turki, pada Sabtu 14 Desember 2024, akibat penyakit serius yang dideritanya.
Jenazah almarhum tiba di Bali pada Sabtu 28 Desember 2024 malam, setelah melalui perjuangan panjang dan penggalangan dana dari sesama pekerja migran.
Meninggalnya Kariani akibat meningitis dan komplikasi pasca operasi otak telah menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Upaya pemulangan yang diajukan sejak Oktober lalu sempat terkendala biaya yang cukup besar. Perusahaan tempat Kariani bekerja kesulitan menanggung biaya pemulangan karena telah mengeluarkan biaya pengobatan yang sangat tinggi.
“Kami bersyukur atas kepedulian sesama pekerja migran di Turki yang dengan sukarela mengumpulkan dana untuk memulangkan jenazah almarhumah,” ujar Kepala Bidang Penempatan, Pelatihan Produktivitas dan Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Jembrana, I Putu Agus Arimbawa, Jumat 27 Desember 2024.
Berkat donasi yang terkumpul sebesar USD 4.500, akhirnya jenazah Kariani dapat dipulangkan ke tanah air. Proses pemulangan ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari Dinas Tenaga Kerja Jembrana, keluarga almarhumah, relawan, hingga BP3MI Bali.
Meninggalnya Kariani menambah daftar panjang PMI asal Jembrana yang meninggal di luar negeri. Dalam sebulan terakhir, setidaknya dua PMI asal kabupaten ini meninggal dunia akibat sakit. Sebelumnya, seorang PMI asal Desa Tukadaya meninggal dunia di kapal pesiar akibat serangan jantung. CAK/IJN