Dengar Ledakan Bom Tiap Malam, Santi PMI Asal Jembrana Pulang dari Lebanon

0
303
Ni Ketut Santi Suryaningsih (31) seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, akhirnya bisa pulang ke rumahnya, Minggu 13 Oktober 2024. Sumber foto : Cak/IJN.

JEMBRANA, (IJN) – Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) Ni Ketut Santi Suryaningsih (31) asal Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, akhirnya bisa pulang ke rumahnya dan berkumpul dengan keluarga setelah sempat mengalami trauma ketakutan selama berada di Lebanon tempatnya bekerja karena dilanda konflik perang.

Anak dari pasangan I Ketut Ledang dan Ni Ketut Taman ini menuturkan pengalamannya saat bekerja pada salah satu hotel di Negara Lebanon, hingga akhirnya terjadi konflik perang di negara tersebut. Kepulangannya disebabkan oleh situasi perang di Lebanon yang berpotensi membahayakan keselamatannya.

“Saya mendapat kontrak kerja selama 2 tahun. Berangkat tanggal 24 Januari 2023 lalu, dan selesai sampai Januari 2025,” tutur Santi, saat ditemui IJN News di rumahnya, Minggu 13 Oktober 2024.

Karena konflik perang yang terjadi di Lebanon, belum habis kontrak kerja, Santi memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia. Keputusan ini juga atas pertimbangan keluarga dan juga pemerintah dalam hal ini Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lebanon. “Sabtu (12/10) jam 1 dini hari saya sampai di rumah,” akunya.

Meski nampak terlihat bahagia bertemu keluarga, namun rasa trauma, takut dan lelah itu masih terpancar dari raut wajahnya. Santi menuturkan, hingga kini suara gemuruh dan ledakan bom masih mengiang-ngiang di telinganya. Bahkan, setiap malam puluhan ledakan bom yang ia dengar, hingga tidak bisa tidur nyaman karena was-was.

“Kalau malam itu tegang sekali karena ledakan bomnya. Start dari 11 malam sampai pagi sekitar jam 4 dinihari. Memang benar-benar tegang, kita sampai tidak bisa tidur karena was-was dengan bom. Apalagi kita tinggal di building (gedung) nanti takutnya roboh. Jadi rasa trauma itu sudah pasti,” tuturnya.

Selain suara bom, sirene ambulance yang mengevakuasi korban juga melengkapi rasa takut yang menghantuinya setiap malam. Bahkan, dalam dua pekan terakhir, suara bom terdengar semakin mendekat dari tempat tinggalnya.

“Kalau dari tempat tinggal ke tempat konflik perang itu sekitar 20 menit. Yang terakhir-terakhir ini, kayaknya jaraknya sudah sampai 5 menit (terdengar) bom. Tempat yang dibilang itu aman, kena juga,” tuturnya.

Meski begitu, anak keempat dari lima bersaudara ini mengaku ingin kembali lagi ke Lebanon untuk bekerja. Selain sangat membutuhkan pekerjaan, negara tersebut juga dianggap sebagai tempat indah dan masih nyaman untuk bekerja. Santi berharap kondisi di Lebanon segera membaik dan perang bisa selesai.

“Semoga lebih baik saja, semoga perangnya cepat selesai. Tidak ada lagi yang seperti itu (perang),” harapnya.

Disisi lain, Ni Luh Sukarini (46) kakak pertama Santi mengungkapkan rasa syukurnya bisa bertemu dan berkumpul dengan adiknya kembali. Selama terjadi konflik perang Lebanon, dirinya terus berkomunikasi dengan Santi. “Saya yang terus berkomunikasi dengan adik (Santi) dan meminta dia pulang. Sekarang kami sekeluarga sudah merasa lega bisa bertemu,” ungkapnya. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here