Tradisi Mekepung Lampit Jadi Daya Tarik Wisatawan Asing di Desa Manistutu

0
317
Makepung Lampit menjadi tradisi warisan leluhur warga Jembrana, menjadi daya tarik wisatawan asing di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana Bali, Selasa 10 September 2024. Sumber foto: Cak/IJN.

JEMBRANA, (IJN) – Selain tradisi Makepung di darat dengan cikar atau juga disebut karapan sapi, sebagai ikon Kabupaten Jembrana, juga terdapat Makepung Lampit yang menjadi tradisi warisan leluhur yang hingga kini di lestarikan oleh warga Jembrana, khususnya masyarakat Desa Manistutu, Kecamatan Melaya.

Dari pantauan di lokasi, sejumlah sekaa mekepung lampit berkumpul di areal persawahan warga di Banjar Tunas Mekar, Desa Manistutu, Selasa 10 September 2024 menggelar atraksi tradisi budaya yang menjadi warisan leluhur.

Selain melestarikan tradisi leluhur, Mekepung Lampit yang digelar kelompok Desa Wisata ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan, terutama wisatawan mancanegara.

Dari pantauan, sebanyak 20 wisatawan asing asal Hungaria berkunjung ke desa setempat. Puluhan wisatawan tersebut datang dengan menggunakan mobil off-road yang difasilitasi kelompok Desa Wisata Manistutu.

Sebelum disuguhkan atraksi mekepung Lampit, para wisatawan juga diajak untuk matur piuning, atau doa bersama untuk keselamatan, baik pengunjung maupun para joki mekepung Lampit yang akan melaksanakan atraksi.

Menariknya, salah satu wisatawan bernama Viktor warga Negara Hungaria langsung tertarik mencoba atraksi yang memacu adrenalin ini. “Saya coba ini (jadi joki) mantap,” ujar Viktor, kepada IJN News.

Mekepung Lampit, kata Viktor, menjadi tantangan baru bagi dirinya. Menurutnya, atraksi ini penuh dengan ketegangan dan keseruan, karena berada di tengah sawah dengan banyak lumpur. “Ini pengalaman yang sangat seru! Saya sangat suka sekali, Buffalo tradisional, ini sempurna,” ungkap Viktor.

Salah satu tokoh masyarakat desa setempat I Ketut Master (55), menuturkan tradisi makepung lampit merupakan warisan leluhur sejak dulu dan digelar di setiap menjelang Subak tanam padi. Kali ini, atraksi mekepung Lampit yang di gelar ke 6 kalinya, sengaja disuguhkan bagi para tamu wisatawan asing yang datang langsung mengunjungi desanya.

“Kami kan melestarikan adat budaya, leluhur kami di sini. Ini yang kita punya, tidak dibuat-buat, apa adanya. Di pertanian ini yang mengawali. Saat proses pengolahan tanah, muncul mekepung Lampit, hasil panen (padi) muncul mekepung darat,” ujarnya.

Master berharap, tradisi mekepung Lampit ini, bisa meningkatkan daya tarik wisatawan khususnya wisatawan asing untuk datang ke desa, sehingga berimbas pada PAD desa, terutama peningkatan ekonomi masyarakat lokal.

Terlebih saat ini Desa Manistutu, mendapat penghargaan, masuk 10 besar Desa Wisata Terbaik dalam ajang Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kemenparekraf RI Tahun lalu.

“Ini kebetulan (turis asing) dari Hungaria semua. Kemarin ada dari Belgia, Australia, Belanda pun juga ada. Mereka sangat antusias. Jadi kita menciptakan adat dan budaya, memang ini kita punya, tidak buat-buat apa adanya,” pungkasnya. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here