Kekeringan Ancam Produksi Petani Cokelat Jembrana

0
395
Putu Sudarya, seorang petani coklat dari kelompok tani Merta Abadi Desa Ekasari, Melaya, saat menunjukan tanaman coklat miliknya dalam kondisi layu, Rabu 4 September 2024. Sumber foto : istimewa/IJN.

JEMBRANA, (IJN) – Musim kemarau panjang yang melanda Jembrana telah membuat para petani coklat kewalahan. Kekurangan air yang parah menyebabkan tanaman coklat layu dan mengering, mengancam produksi serta pendapatan mereka.

Putu Sudarya, seorang petani coklat dari kelompok tani Merta Abadi Desa Ekasari, Melaya pada Rabu 4 September 2024, mengungkapkan keprihatinannya. “Coklat jenis Sulawesi 01 dan panther sangat membutuhkan banyak air. Kalau yang bisa sedikit air seperti jenis MCC 45 masih bisa bertahan. Sayangnya, sumur bor kami hanya mampu beroperasi setengah hari,” keluhnya.

Upaya-upaya seperti penyemprotan, pemangkasan, dan pengendalian tunas baru telah dilakukan, namun tetap tidak mampu mengatasi masalah kekeringan yang melanda lahan coklat miliknya seluas 1,5 hektar. “Tanaman tetap layu, berarti masalahnya memang kekurangan air,” tegas Sudarya.

Padahal, coklat merupakan komoditas unggulan yang menjanjikan. Namun, dengan kondisi saat ini, petani coklat Jembrana terancam kehilangan mata pencaharian mereka. Harga jual coklat yang fluktuatif juga semakin memperparah situasi.

Dikatakannya, harga coklat saat ini Rp 40 per kg untuk yang mentah. Sementara untuk yang sudah dijemur dan kering Rp 150 ribu per kg. Harga itu untuk jenis AA atau super, namun jika dibawah harga tersebut tidak masuk APP atau biaya produksi.

“Kami berharap pemerintah dapat segera mencari solusi untuk mengatasi krisis air ini. Rusaknya hutan semakin memperparah kondisi kekeringan,” harap Sudarya. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here