Sawah Terancam Gagal Panen, Petani Jembrana Berjuang Melawan Kekeringan

0
629
Kondisi sawah kekeringan di Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, Jembrana, Selasa 23 Juli 2024. Sumber foto : Cak/IJN.

JEMBRANA, (IJN) – Kekeringan yang melanda Bali selama beberapa minggu terakhir membawa dampak serius bagi sektor pertanian di Jembrana. Para petani di wilayah ini harus berjuang keras untuk mendapatkan air guna menyelamatkan tanaman padi mereka dari gagal panen.

Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan menggunakan pompa air dan sumur bor. Namun, penggunaan pompa air dan sumur bor ini menambah beban biaya operasional para petani. Hal ini dikarenakan mereka harus membeli bahan bakar minyak untuk menjalankan pompa air.

Salah satu petani yang merasakan dampak kekeringan ini adalah Dendiem dari Subak Kali Kembar Desa Baluk, Kecamatan Negara. Ia mengungkapkan bahwa pasokan air untuk sawahnya sudah mulai berkurang sejak sepekan terakhir.

“Sekitar 50 hektar ini. Dari satu Minggu tidak ada (air). Karena cuaca tidak ada hujan, mungkin petani itu beginilah (pakai mesin bor),” ungkap Dendiem, Selasa 23 Juli 2024.

Ia juga menjelaskan bahwa untuk mengairi sawahnya, ia membutuhkan waktu sekitar 12 jam dengan pompa air. Setiap jam, ia membutuhkan sekitar 1 liter bahan bakar.

“Biaya kan pasti membengkak. Pasti itu. karena ada biaya minyak. Satu jam itu satu liter mesin ini. Kalau mesin besar lain lagi,” keluh Dendiem.

Kekhawatiran Dendiem bukan hanya pada biaya operasional yang meningkat, tetapi juga pada potensi gagal panen jika sawahnya tidak mendapatkan air yang cukup. Ia berharap harga gabah tidak turun pada musim panen nanti agar petani tidak semakin merugi.

Dengan upaya bersama dari pemerintah, petani, dan pihak terkait lainnya, diharapkan ketahanan pangan di Jembrana dapat terjaga dan para petani tidak lagi harus berjuang melawan kekeringan setiap tahunnya. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here