
JEMBRANA, (IJN) – Sejumlah warga Desa Perancak, Jembrana nampak ramai memulung rumput laut di sekitar pesisir pantai Perancak, Rabu 8 Mei 2024 sore. Pasalnya, rumput laut atau sargassum yang dulunya dianggap sampah kini menjadi berkah baru bagi warga setempat. Sejak beberapa tahun terakhir, mereka beralih profesi menjadi pemulung rumput laut untuk menambah penghasilan keluarga.
“Dulu rumput laut tidak ada yang peduli dan jadi sampah. Tapi sekarang, warga baik tua maupun muda memulung rumput laut untuk dikeringkan dan dijual,” kata Iluh Made, salah seorang warga Perancak.
Sebelumnya, rumput laut ini hanya menumpuk di bibir pantai dan tak ada yang memedulikannya. Namun, kini rumput laut memiliki nilai ekonomis dengan hadirnya pengepul di wilayah Perancak yang membeli hasil memulung rumput laut warga. Bahkan warga dalam seminggu bisa mengumpulkan 2 hingga 3 kwintal rumput laut.
“Biasanya kami keringkan dulu selama setengah atau satu hari, tergantung cuaca. Ada pengepulnya yang ambil. Katanya dikirim ke Jawa untuk membuat kosmetik,” tutur Nengah Suarjana, warga Perancak yang mengambil rumput laut dengan jaring.
Harga rumput laut, kata dia, saat ini Rp 1.400 per kilogram, turun dari Rp 2.000 per kilogram sebelumnya. Dikatakannya, memulung rumput laut, dilakukannya mulai pagi hari hingga sore, saat air laut mulai surut.
“Saat purnama atau tilem, rumput laut pasti banyak terdampar di pantai,” ungkap Wayan Derna, warga lainnya. Memulung rumput laut menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga selain melaut.
Sebelumnya, pada tahun 2023, sempat terjadi polemik terkait pengambilan rumput laut di Perancak antara nelayan dan warga. Permasalahan tersebut telah diselesaikan dengan mediasi oleh Polsek Jembrana, dan kini warga merasa aman untuk mencari rumput laut.
Peralihan profesi warga ini menunjukkan bagaimana mereka mampu beradaptasi dengan situasi dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk meningkatkan taraf hidup. Rumput laut yang dulu dianggap sampah kini menjadi berkah baru bagi Desa Perancak. CAK/IJN