JEMBRANA, (IJN) – Tradisi unik Ayunan Bingin yang diadakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Hari Raya Galungan dan Kuningan, menjadi momen berkah bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Desa Nusasari, Jembrana. Keramaian pengunjung selama momen ini membawa dampak positif bagi para pedagang yang meraup keuntungan besar.
Ni Ketut Pertami (42), seorang pedagang warung kelontong asal desa setempat, mengaku omzet penjualan makanan tradisionalnya dapat mencapai 7 hingga 10 juta rupiah dalam sekali momen. Bahkan, pada momen tertentu, ia pernah meraup keuntungan hingga 20 juta rupiah. “Setiap 6 bulan sekali, saya pasti jualan di sini,” kata Pertami saat ditemui di lokasi, Kamis (29/2/2024).
Pertami yang menjual berbagai makanan tradisional seperti es cendol, es kelapa muda, lontong, sosis, jajan Bali, dan lainnya, sangat menantikan momen spesial ini. Ia bahkan pernah menghabiskan seluruh stok dagangannya dalam waktu singkat. “Saya sangat menunggu momen ini karena pembelinya pasti ramai. Pernah sampai dapat jualan 20 juta, kotor,” tuturnya.
Ibu rumah tangga satu anak ini juga mengatakan bahwa saat momen ramai pembeli, ia mempekerjakan hingga 5 orang karyawan. “Pokoknya momen ini juga saya jadikan untuk berbagi rejeki dengan tetangga sendiri. Kalau ramai, ada lima orang tenaga yang bantu jualan,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan Gusti Ayu Febi (27), seorang UMKM yang menjual produk pakaian adat Bali. Ia merasakan dampak positif dari momen ini. “Saya baru dua kali ini jualan produk pakaian adat di sini, lumayan ramai. Mungkin mereka (pengunjung) ke sini untuk berbelanja juga. Apalagi untuk baju adat anak-anak karena Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan momen untuk anak-anak, jadi lebih cepat laku,” ucapnya.
Febi berharap tradisi unik seperti ini terus terjaga, terutama dalam memberdayakan usaha-usaha kecil di sekitar desa. Sehingga, perekonomian warga dapat terbantu. “Hanya saja, kebersihan tempat harus tetap terjaga. Apalagi nanti kalau dikelola lebih rapi lagi supaya terkesan tidak kumuh,” pintanya.
Sementara itu, Kelian Banjar Adat Nusasakti I Komang Dentra mengatakan, saat ini jumlah pedagang mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. Jumlah total pedagang atau UMKM yang berjualan mencapai 90 orang. Sebagian besar berasal dari Kecamatan Melaya dan sebagian dari Jawa. “Ada penambahan 10 pedagang. Sebelumnya 80, sekarang jumlahnya 90 pedagang,” ucapnya.
Pihak Banjar Adat sendiri akan terus berkolaborasi dengan Desa Adat maupun Dinas terkait untuk mengembangkan dan melestarikan tradisi yang tergolong langka dan unik ini. Dentra menyebutkan, dalam sekali momen, pendapatan dapat mencapai 20 hingga 25 juta rupiah. “Itu hasil kotor dalam sekali momen,” pungkasnya. CAK/IJN