Diduga Salah Makan, Bidang Keswan-Kesmavet Jembrana Lakukan Penyuluhan Pasca Sapi Warga Tegal Badeng Timur Mati

0
106
Tim Medik Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana melaksanakan pemeriksaan dan penyuluhan pasca sejumlah sapi warga di Desa Tegalbadeng Timur mendadak mati, Rabu 7 Februari 2024. Sumber foto : istimewa /IJN

JEMBRANA, (IJN) – Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan/Kesmavet) Dinas Pertanian Pangan Jembrana turun melakukan penanganan dan penyuluhan pasca sejumlah sapi milik warga kelompok di Desa Tegal Badeng Timur mendadak mati, Rabu 7 Februari 2024. Sejumlah sapi yang mati tersebut diduga akibat salah makanan atau keracunan.

“Kami menduga ini Bloat, kemungkinan karena salah pakan/rumputnya atau keracunan,” kata Kepala Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Pertanian dan Pangan, I Wayan Widarsa, dikonfirmasi Rabu 7 Februari 2024.

Sebelumnya, kata Widarsa, pihaknya menerima laporan dari tim medik veteriner Kecamatan Negara, ada kematian sapi pada Senin 5 Februari 2024 dengan gejala perut kembung dan keluar busa di desa tersebut. Kemudian pada Selasa 6 Februari 2024 terjadi dua kematian sapi.

“Dimana sebelumnya sapi tersebut mengalami sesak nafas, keluhan di leher, ingusan, dan mengarah ke pneumonia. Kemungkinan karena gizi buruk, infeksi bateri,” ujarnya.

Pasca kejadian tersebut, pihaknya turun langsung ke lapangan untuk melakukan pelayanan maksimal, mulai dari pemberian dan penyuntikan vitamin, penyemprotan disinfektan dan penyuluhan terkait cara perawatan sapi serta pengobatan satu ekor sapi sakit di kelompok tersebut. Mengingat, kondisi cuaca ekstrim, hujan lalu panas terik yang terjadi akhir akhir ini sangat mempengaruhi kondisi biologis sapi tersebut.

“Kalau kondisi biologis (sapi) nya ngedrop, berarti kuman yang lain bisa gampang masuk (badan sapi). Selain itu, penyakit lain selain inspeksi juga bisa muncul penyakit BEF (Bovine ephemeral fever) yang gejalanya lumpuh,” terang Widarsa.

Karena itu, pihaknya mengimbau kepada peternak untuk tidak menaruh atau mengikat sapi di luar kandang, apalagi sering kena panas terik dan hujan. Selain itu, ada juga penyakit Baliziekte jika hewan tersebut sempat memakan tanaman yang mengandung racun yang sering dikenal sebagai racun lantandane.

“Racun racun tersebut akan menumpuk di hati (sapi), nah pada serangan musim panas begini, racun-racun itu bisa meledak, hancur kulit sapi kiri kanan. Itu sebabnya sapi harus dibuatkan kandang, jangan terus diikat dan dijemur apalagi makanannya tidak teratur, pasti kondisi gampang kena penyakit,” ungkapnya.

Ia berharap, ketika kondisi sapi terlihat tidak normal atau sakit, segera cari dokter hewan atau segera laporkan ke petugas tim medik Veteriner di kecamatan, sehingga bisa cepat ditangani dan diberikan pengobatan. “Itu kan sapi bantuan dari desa, jadi sampaikan ke desa, nanti desa yang menyampaikan ke tim kita yang ada di kecamatan untuk segera ditangani,” imbuhnya.

Disinggung terkait kemungkinan gejala virus PMK, Widarsa mengatakan tidak ada indikasi mengarah ke gejala virus PMK. Karena, kata dia, sebelumnya dilaksanakan penyerahan sapi ke masing masing kelompok ternak, puluhan sapi sudah dilakukan vaksinasi lengkap. “Sudah divaksin. Sebelum penyerahan itu, kita kan ikut periksa kesehatan hewan, sekaligus dilakukan vaksinasi, baru kemudian diserahkan,” pungkasnya. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here