JEMBRANA, (IJN) – Puncak JR, salah satu destinasi wisata yang berlokasi di Banjar Pancaseming, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, kini kondisinya tidak seramai sewaktu saat awal baru dibuka. Mulanya ramai dikunjungi, terutama dari kaum remaja. Tapi kini, tempat berwisata alternatif yang dibuka Januari 2017 ini, jumlah pengunjungnya makin menurun, sejak awal pandemi Covid -19 tahun 2020 lalu. Pengelolaannya kini diserahkan kepada pihak penyanding dan mengandalkan donasi sukarela dari para pengunjung.
Bila melihat ke belakang, Puncak JR yang merupakan singkatan dari Jumpa Remaja ini, mulanya dikenal sebagai tempat pertemuan komunitas remaja atau pemuda desa yang terhimpun dalam Sekaa Teruna Teruni (STT). Melihat potensi peengembangan pariwisata di Jembrana, STT setempat mengubah Puncak JR tersebut menjadi obyek wisata dengan menara bendera sebagai daya tarik utama dengan menawarkan keindahan Kota Negara dan Sungai Gelar.
“Puncak JR, awalnya cukup ramai. Tetapi mulai saat covid (awal tahun 2020) jadi sepi dan pengunjungnya menurun. Setelah covid berakhir, tamu tidak begitu ada, makanya pengelolaannya kami diserahkan ke penyanding. Dialah yang mengurus kebersihan dan lainnya,” terang Kelian Banjar Dinas Pancaseming, Ida Bagus Budiartawan saat ditemui Tim InfoJembranaNews, Senin 22 Januari 2024.
Melihat upaya-upaya yang dilakukan selama ini, tampaknya ada upaya untuk menghidupkan kembali Puncak JR. Tentunya sangat diperlukan pentingnya peran pihak desa, dalam hal ini Pemerintahan Desa Batuagung. Budiartawan menambahkan rencananya akan ada paket wisata Sungai Gelar dan Puncak JR yang dikelola dengan pola desa wisata melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). “Kami bersama Bapak Perbekel Batuagung, kedepan ingin membuat paket wisata Sungai Gelar dan Puncak JR. Pengelolaannya menjadi satu yaitu Desa Wisata. Jadi pihak desa yang mengelola melalui BUMDes.” imbuh Budiartawan.
Kendatipun jarang ada pengunjung, I Ketut Windra (69) salah seorang penyanding Puncak JR, dengan sukarela tetap membersihkan areal Puncak JR. Bahkan uluran tangan dari para pengunjung terkadang hadir sebagai donasi sukarela untuknya. Sekarang ini, kata Windra, lebih sering datang dari warga sekitarnya, dapat santai menikmati pemandangan. “Kadang-kadang, sebulan ada dua orang, kadang sama sekali tidak ada. Sekarang yang berkunjung, kebanyakan dari tetangga,” tuturnya. (IJN)