Sekaa Angklung Catur Swara, Ruang Seni Anak-anak Untuk Pelestarian Seni Budaya

0
122
Suasana latihan Angklung Catur Swara, Jumat 12 Januari 2024. Sumber foto : Dok. Info Jembrana

JEMBRANA, (IJN) – Sebagai pelestarian seni budaya, berbagai kesenian tradisional menjadi keberagaman bentuk seni tradisional. Salah satunya seni angklung, menjadi bentuk kesenian seni tradisional yang dimiliki masyarakat Bali.

Bentuk pelestarian kesenian seni angklung ini dilakukan kelompok Angklung Catur Swara, merupakan salah satu Sekaa Seni Angklung anak-anak yang telah memberi warna baru. Sekaa atau kelompok seni tradisional yang berlokasi di Banjar Munduk, Desa Dangintukadaya Kecamatan Jembrana ini didirikan Bulan Juni 2023 lalu. Kelompok ini terdiri dari 25 orang yang berasal dari siswa siswi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

I Komang Teja Ambara Putra selaku pencetus sekaligus juga pembina Angklung Catur Swara, saat ditemui Jumat 12 Januari 2024 lalu menyampaikan kelompok seni angklung yang digagasnya ini memiliki program secara rutin berlatih setiap hari Jumat. Tentunya, tidak hanya sekedar mendirikan serta melestarikan seni budaya tradisi. Tetapi lebih dari itu yakni untuk memberikan ruang kepada generasi penerus terutama anak-anak siswa untuk ikut meneruskan serta mempertahankan seni angklung. Menurutnya, sekarang ini generasi penerus yang berminat pada seni tradisi musik tradisional gamelan masih tergolong minim.

I Komang Teja Ambara Putra, menjelaskan bahwa kelompok ini telah memiliki program rutin melaksanakan latihan setiap hari Jumat. Alasan dibentuknya sekaa atau kelompok angklung ini adalah untuk memastikan regenerasi budaya di masa depan. Minimnya generasi penerus yang minat pada tradisi musik gamelan, menjadi alasan kuat untuk membentuk sekaa seni angklung, agar anak-anak yang ikut bergabung dapat menjadi regenerasi seni angklung.

“Jadi kami selaku pembina, memiliki alasan membentuk sekaa ini untuk regenerasi kedepannya agar anak-anak lebih paham terhadap seni tradisional budaya kita,” ujarnya.

Bagi anak-anak yang ikut bergabung di sekaa ini diawali dengan seleksi selama dua bulan. Selanjutnya membentuk tim inti yang sesuai dengan kemampuan di setiap posisi gamelan. Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian materi selama dua bulan. Pembinaan anak-anak itu, kata Komang Teja, mulai dari awal pembentukan hingga mereka dapat memainkan gamelan angklung membutuhkan waktu sekitar empat bulan.

Penampilan di Balai Banjar Munduk merupakan tampilan perdana bagi Sekaa Angklung Catur Swara ini pada Rahinan Purnama Kapat. Penampilan pertama kalinya itu menyuguhkan tabuh untuk beberapa tarian, antara lain tabuh Tari Puspanjali, Rejang Dewa, Tari Topeng, dan lainnya. “ Anak-anak sangat antusias dan semangatnya luar biasa,” ujar guru seni budaya di SMP Negeri 1 Negara ini.

Tentu harapannya agar anak-anak tidak jenuh mengikuti latihan yang dilakukan secara rutin. Upaya pembinaan ini tidak hanya sebatas pembelajaran musik, tetapi juga sebagai sarana edukasi dan ajakan agar generasi muda dapat memahami serta mencintai budayanya. “Kami juga berusaha mengedukasi dan mengajak mereka untuk memahami seni angklung, agar tidak punah tertelan jaman,” harapnya. (KAY/IJN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here