
JEMBRANA, (IJN) – Berangkat sebagai kaur desa selama 25 tahun sejak 1991 hingga 2016 dengan gaji Rp 27 ribu, ini kisah I Wayan Suardana yang sekarang menjabat sebagai Kepala Desa atau Perbekel Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana Bali.
Ditemui tim InfoJembranaNews beberapa hari lalu, Suardana yang akrab disapa Pakyan ini menuturkan kisah perjalanan karir hingga saat ini sebagai perbekel memimpin 5 banjar di Desa Candikusuma. Berbekal ketekunan, disiplin, jujur dan bertanggung jawab, pria kelahiran 1963 ini menjalani hari harinya sebagai kaur pembangunan, dan kaur pemberdayaan masyarakat di desa.
“Tahun 1991 saya ditawari jadi kaur, untuk ngayah (melayani warga) di desa. Gaji Rp 27 ribu (per bulan) cukup saya. Sekarang juga cukup, intinya bersyukur saja,” tuturnya.
Meski mendapat gaji minim saat itu, suami dari Ni Nyoman Werti ini, tidak pernah mengeluh dengan tugas dan pekerjaan yang diberikan. Pada prinsipnya ia ingin mengabdi kepada desa dan masyarakat, hingga 25 tahun menjalani tugas sebagai kaur, akhirnya dipilih sebagai sekretaris desa (Sekdes) pada tahun 2017.
Dua tahun berselang, ikut maju mencalonkan diri dalam pemilihan perbekel pada tahun 2019 dan terpilih menjadi Perbekel Desa Candikusuma. Meski sebelumnya tidak pernah terbersit pikiran ingin jadi perbekel, namun seiring perjalanan karir, suami tiga anak ini ingin mengabdi lebih dan memajukan desa kelahirannya ini.
“Saya punya motto, tetap semangat bekerja dan tulus melayani masyarakat, yakin pasti ada karma baik yang kita dapatkan,” ungkapnya.
Disinggung terkait keinginan maju pada pileg setelah berakhir jabatan perbekel nanti, pria penghobi sepak bola ini mengaku belum ada keinginan menjadi caleg, masih ingin mengabdi di desa dulu. “Sementara jadi perbekel dulu. Sekarang sudah tahun ke 5 jadi perbekel, nanti kalau masih dipercaya, saya maju perbekel lagi, mengabdi di desa saja,” pungkasnya.