
JEMBRANA, (IJN) – Apapun pekerjaannya yang penting halal dan ditekuni serta disiplin, rejeki dan berkat itu pasti akan datang. Hal ini yang dialami Sudino, menjadi tukang sol sepatu selama 47 tahun. Bahkan dengan keuletan dan ketekunannya itu, pria 67 tahun ini mampu kuliahkan anak hingga S2.
“Anak pertama saya S2 pendidikan, sekarang sudah menjadi guru, mengajar di MAN 2 Jembrana, terus yang paling bungsu S1 IT dan satunya lagi wiraswasta punya usaha di Denpasar,” tutur Sudino, ditemui InfoJembranaNews (IJN), di kawasan jalan Ngurah Rai, tepatnya di selatan traffic light pasar Ijo Gading, Negara beberapa hari lalu.
Bapak tiga anak ini menuturkan pengalaman selama berpuluh puluh tahun menjadi tukang sol sepatu. Berangkat dari keinginan sukses dan rasa tanggung jawab kepada keluarga, Sudino yang menikahi Sutiani (62) ikut mertuanya merantau ke Bali, langsung menggeluti jasa jahit sepatu.
“Saya menikah dengan istri tahun 75, setahun kemudian saya ikut mertua ke Bali. Awalnya di Bali saya sempat diajak menggarap sawah kontrakan dengan mertua, namun karena ada adik mertua (paman) itu bekerja tukang sol sepatu dan saya sering bermain ke sana, akhirnya saya ikut belajar (sol sepatu) juga,” tutur Pak Endang, panggilan akrab Sudino, yang sudah menjadi warga Jembrana, dan menetap di Desa Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara.
Tak lama belajar sol sepatu, Sudino pun akhirnya menguasai keahlian sebagai tukang sol yang diajarkan almarhum pamannya. Berangkat dari keahlian itu Sudino kemudian merantau ke Kabupaten Tabanan dan membuka usaha jasa sol sepatu di sana. Namun, sebelumnya kakek lima cucu ini, sempat ikut keliling dengan pamannya di Jembrana, sembari mengawali keterampilannya menjahit sepatu.
“Waktu itu (tahun 1976) hanya dibayar 5-10 rupiah. Bahkan pernah saya dibayar 3 rupiah. Hampir setiap hari keliling dari Baler Bale Agung, sampai ke pasar Jembrana, alhamdulillah ada saja hasilnya. Pernah saya dapat Rp. 500 rupiah waktu itu (tahun 1976). Wah senang banget. Tapi persisnya saya mengawali buka usaha sol sepatu ini di Tabanan,” tuturnya.
Selama kurang lebih sekitar 30 tahun, pria kelahiran Banyuwangi ini menekuni usaha jasa sol sepatu di kota Tabanan. Kemudian ia mencoba peluang yang sama di Kabupaten Gianyar wilayah Ubud, selama kurang lebih sekitar 5 tahun, hingga akhirnya kembali ke Jembrana. “Iya tidak pernah ambil pekerjaan lain lagi, hanya ini (tukang sol). Alhamdullilah anak-anak sudah tamat kuliah dan sudah bekerja,” akunya.
Dalam sehari, kata dia, rata rata 5 sampai 10 pasang sepatu berbagai merk bisa ia jahit, dengan ongkos jasa sol sepatu saat ini berkisar 30 – 35 ribu per pasang. Sudino pun mengungkapkan rasa syukurnya, di usia lanjut ini ia masih bisa diberikan kesehatan dan semangat untuk bekerja.
Prinsip yang ia tanamkan kepada anak-anaknya sejak kecil, membuahkan hasil. Ketiga anaknya sangat menghargai kucuran keringat dan perjuangan Sudino menjadi tukang sol sepatu membiayai sekolah mereka hingga perguruan tinggi.
“Saya punya prinsip, anak-anak saya jangan ada seperti bapaknya (tukang sol), harus lebih sukses dari bapaknya. Makanya sering saya wanti wanti, kalau mau sekolah serius sampai perguruan tinggi, saya akan berjuang keras untuk membiayai, tapi jangan main main,” ungkapnya tegas. CAK/IJN