Kekeringan, Krisis Air – Peternak Sulit Cari Rumput, BMKG: Jembrana Peringatan Dini Kekeringan Kategori Waspada

0
1134
Pasangan lansia yang tinggal di Lingkungan Ketugtug, Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, I Ketut Sudana dan Ni Wayan Nodi, yang kesulitan mencari rumput untuk kerbau, Selasa 10 Oktober 2023. Sumber foto : istimewa /IJN

JEMBRANA, (IJN) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bali memperingatkan, bahwa Wilayah Jembrana mengalami kekeringan katagori waspada. Jangka waktu kemarau panjang selama beberapa bulan terakhir telah membawa dampak serius di berbagai wilayah. Selain krisis air bersih yang melanda, sawah dan ladang juga menjadi kering akibat kekeringan yang berkepanjangan.

Masyarakat peternak sapi dan kerbau saat ini berhadapan dengan kesulitan mencari rumput untuk hewan ternak mereka. Bahkan, bagi pasangan lansia yang tinggal di Lingkungan Ketugtug, Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, I Ketut Sudana dan Ni Wayan Nodi, mereka menjadi buruh pencari rumput untuk kerbau, juga tidak luput dari kesulitan yang sama.

“Kami berdua buruh. Setiap pagi dan sore, kami mencari rumput untuk pasangan kerbau pekepungan (kerbau pacuan) milik bos kami dari Kaliakah,” tutur Nodi, saat mencari rumput di salah satu area sawah di Jalan Udayana, Kecamatan Negara, Selasa 10 Oktober 2023 sore.

Mereka berdua harus berkeliling mencari rumput. Biasanya, mereka menyabit rumput, namun di musim kering seperti sekarang, mereka terpaksa mencabut rumput dan mengumpulkannya. Namun, hasil dari pekerjaan sebagai buruh pencari rumput tidak menentu, dan mereka terpaksa melanjutkannya karena tidak ada pekerjaan lain.

“Kami harus menjalani ini, sebab kami harus menanggung dua anak yatim. Suami atau anak laki-laki kami meninggal tahun 2017,” keluhnya.

Nodi mengungkapkan bahwa dua cucunya yang yatim tetap bersekolah, dan ia berharap mereka dapat terus mengejar pendidikan mereka. Oleh sebab itu, meskipun usia mereka sudah lanjut, semangat bekerja tetap membara.

Mereka juga berharap hujan akan segera turun dan musim kering akan berlalu, sehingga mereka tidak lagi kesulitan dalam mencari rumput untuk kelangsungan hidup.

Sementara, Koordinator analisa dan prakiraan, stasiun klimatologi Bali, Made Dwi Wiratmaja mengatakan, untuk Wilayah Jembrana secara umum sudah tidak turun hujan antara lebih dari 21 hari. Kemudian peluang hujan di wilayah Jembrana, untuk 10 hari ke depan cukup rendah, berkisar antara 10-20%.

Hal ini menjadi dasar bahwa di wilayah Jembrana sudah peringatan dini kekeringan dengan kategori waspada. Kondisi ini diprakirakan masih akan terjadi hingga bulan November, “Nanti secara umum Jembrana diprakirakan akan masuk musim hujan pada pertengahan November,” kata Dwi saat dikonfirmasi InfoJembranaNews lewat sambungan telepon, Rabu 11 Oktober 2023.

Pihaknya juga menyampaikan monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) Provinsi Bali dari data update per 10 Oktober 2023 kemarin, secara umum HTH di Bali berada pada kategori masih ada hujan hingga kategori kekeringan ekstrim (lebih dari 60 hari tidak turun hujan).

Distribusi curah hujan di Wilayah Bali secara umum antara 0 hingga 49.5 mm/dasarian. Peringatan dini kekeringan Provinsi Bali, daerah tidak hujan berturut-turut >30 hari yakni Kabupaten Buleleng (Buleleng, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Sukasada), Kabupaten Jembrana (Melaya), Kabupaten Bangli (Kintamani), Kabupaten Karangasem (Karangasem, Kubu), Kabupaten Badung (Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan), Kabupaten Klungkung (Nusa Penida), Kota Denpasar (Denpasar Timur, Denpasar Selatan).

“Dengan ranking teratas yaitu Kabupaten Karangasem 100 hari (Kubu), Kabupaten Buleleng 99 hari (Kubutambahan), Kabupaten Buleleng 94 hari (Gerokgak),” pungkasnya. Cak/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here