
JEMBRANA, (IJN) – Bila memasuki wilayah Kelurahan Loloan Timur Kecamatan Jembrana, dipastikan akan terlihat ragam kuliner yang dijual. Usaha kuliner baik itu makanan dan minuman dengan khas cita rasa yang berbeda, membuat denyut perekonomian di wilayah itu makin hidup. Tentunya penjualan produksi ragam kuliner, baik yang buka lapak, maupun di kios serta warung-warung kecil meramaikan sepanjang jalan Gunung Agung Kelurahan Loloan Timur Kecamatan Jembrana.
Salah satu ragam kuliner yang ada di Loloan Timur adalah produksi nasi cengkaruk. Dari namanya saja memang rada unik. Warga sekampung cukup menggemari khas nasi cengkaruk itu. Lalu seperti apa nasi cengkaruk itu? Tentunya tidak serupa dengan nasi plecing ayam yang juga jadi khas di Loloan.
Salwiyah (63) salah satu pembuat kuliner nasi cengkaruk ditemui di warungnya, Sabtu, 23 September 2023 mengatakan, nasi cengkaruk itu lauknya pepes ikan laut dan tempe yang dimasak kondo. Lebih nikmat lagi apabila ditemani dengan sayur kelor.
Sebenarnya pembuatan nasi cengkaruk ini tidak terlalu sulit dan rumit. Tapi cukup sederhana. Nasi yang sudah dijemur kering itu dicuci bersih. Setelah itu dikukus. Bila sudah matang, maka itu disebut dengan nama nasi cengkaruk. Nasi jenis ini lebih nikmat lagi bila dicampur dengan parutan kelapa.
Salwiyah juga mengatakan, nasi cengkaruk ini ceritanya berangkat dari masa sulit di masa penjajahan dulu. Karena sulitnya pangan, sehingga ketika itu, nasi sisa kembali dijemur kemudian diolah kembali menjadi nasi cengkaruk. Bila dulu nasi cengkaruk disebut nasi sisa, tetapi sekarang bukan lagi seperti itu, tetapi nasi yang baru dimasak lalu dijemur hingga kering kemudian diolah dengan cita rasa berbeda yang justru menjadi lebih gurih dan nikmat. Hasil nasinya jadi lebih pulen ditambah lagi dengan parutan kelapa.
“Meski tergolong produksi kuliner jaman lama, hingga kini masyarakat masih menggemari nasi cengkaruk,” ujar Salwiyah.
Wanita berusia enam puluh tiga tahun itu juga menuturkan nasi cengkaruk itu biasanya lauknya tempe di masak kondo, paesan (pepes ikan laut), sambal tomat, dan sambal belimbing wuluh. Lebih nikmat lagi bila makannya tanpa menggunakan sendok. Berjualan nasi cengkaruk, dilakoninya dari pagi sekitar pukul 07.00 WITA hingga pukul 10.00 WITA “Alhamdulillah, tidak sampai siang hari biasanya sudah habis. Pembuatannya biasanya menghabiskan bahan cengkaruk atau nasi kering hingga tiga kilogram. Terkadang buat sendiri dan kadang beli cengkaruk perkilonya lima ribu rupiah,” ujar Salwiyah yang mengaku belajar buat nasi cengkaruk dari orang tua. Menu tradisional di Loloan ini merupakan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun. Boleh dikata bahwa nasi cengkaruk merupakan warisan nenek moyang.
Soal harganya tidak tergolong mahal, hanya Rp 8000 satu porsi atau perpiring. Kalau bungkus 5 ribu. Mau mencoba, mari mampir di warung Ibu Salwiyah, Loloan Timur. (ono).