
InfoJembranaNews – Sebuah terobosan menarik dilakukan oleh Ibu-ibu di Desa Perancak, Kecamatan/Kabupaten Jembrana Bali, Mereka mengolah hasil ikan tangkapan nelayan sekitar menjadi pedetan, sebuah produk olahan bernilai tinggi. Langkah ini diambil untuk membantu suami mereka yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan, sehingga dapat meningkatkan penghasilan keluarga.
Untuk mengembangkan produksi pedetan dari kelompok ini, Pemerintah Provinsi Bali melalui PKK Provinsi Bali menyatakan kesiapannya untuk membantu kelompok pedetan yang seluruh anggotanya adalah ibu-ibu.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Ni Putu Putri Suastini Koster, menjelaskan bahwa peran PKK dalam memajukan industri kecil menengah adalah mencari solusi dan menjembatani permasalahan yang dihadapi oleh IKM UMKM. Ini juga merupakan bentuk kerjasama antara provinsi dan kabupaten.
“Tugas kami sebagai PKK adalah mencari solusi dan menjembatani permasalahan yang dihadapi oleh IKM UMKM. Kami akan mendukung dan mendorong mereka dengan menghubungkan mereka dengan pihak permodalan dan perbankan. Ini merupakan kerjasama antara provinsi dan kabupaten, karena di tingkat kabupaten sudah ada Ketua Dekranasda dan PKK.” kata Suastini Koster, saat mengunjungi Kelompok pengolah ikan Pedetan Perancak, Jembrana, Jumat 2 Juni 2023.

Dalam satu produksi, kata dia, kelompok ini mampu mengolah tiga kuintal ikan menjadi pedetan. Dengan mengolah ikan hasil tangkapan nelayan menjadi pedetan, produk ini dapat bertahan lama tanpa mengurangi cita rasa ikan tersebut. Selain itu, dengan dijadikan pedetan dan dikemas secara modern, harga jual ikan meningkat.
Sementara, Ketua Kelompok Wanita Tani Pedetan Perancak Ni Wayan Muliarni, menuturkan, dalam proses panen ikan di Desa Perancak, terkadang nelayan mengeluhkan harga yang anjlok dan sulit untuk menjual ikan hasil tangkapan mereka. Menghadapi permasalahan ini, sekelompok 40 orang ibu-ibu desa tersebut mencoba mencari solusi agar ikan hasil tangkapan suami mereka dapat bertahan lama dan bernilai jual tinggi.
“Kemudian terbentuklah kelompok ibu-ibu yang diberi nama Kelompok Pedetan Perancak,” tutur Muliarni.
Mereka mulai mengolah ikan dengan memberikan bumbu khusus, kemudian mengeringkannya, sehingga saat menyajikannya hanya perlu di goreng saja. Untuk menarik minat konsumen, produk pedetan yang dihasilkan oleh kelompok ini dikemas dengan menarik. Bahkan, kini mereka memproduksi berbagai varian pedetan, mulai dari pedetan rasa balado, jagung bakar, barbekyu, hingga pedetan rasa pedas manis yang dicampur dengan kacang tanah.
Proses pembuatannya, kata dia, dimulai dengan memotong ikan, membersihkan sisik dan fillet tulangnya, kemudian direndam dalam air dan cuka agar darahnya keluar. Sebelum dijemur, ikan dibumbui terlebih dahulu. Jika ada pesanan khusus, ikan dibumbui kembali. “Kadang-kadang ada yang pesan bumbu Bali lalah manis itu juga boleh dipesan” ucapnya.
Produk pedetan yang dihasilkan oleh kelompok ibu-ibu ini sangat diminati oleh warga. Selain gurih dan cita rasa bumbunya yang khas, pedetan produksi kelompok ini tidak terlalu asin sehingga cocok di lidah konsumen.
Jika ikan jenis lemur biasanya dijual seharga 5 ribu rupiah per kilogram, namun dengan diolah menjadi pedetan dan dikemas modern, harga jualnya dapat mencapai 15 ribu rupiah per bungkus. Bahkan kini, pedetan produksi kelompok ini tidak hanya dijual di pasar dan swalayan sekitar Kabupaten Jembrana dan Bali, tetapi juga sudah dijual di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, bahkan hingga ke luar negeri seperti Jepang dan Cina. dk/IJN