
InfoJembrana.com | JEMBRANA – Keluhan delapan keluarga (KK) di Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, yang terpaksa bergantung pada jembatan bambu untuk akses permukiman, akhirnya mendapat respons cepat dari Pemerintah Kabupaten Jembrana. Melalui mediasi intensif, warga kini mendapatkan akses jalan alternatif yang lebih layak.
Awalnya, delapan KK tersebut mengandalkan jembatan bambu hasil swadaya sebagai jalur utama dan berharap adanya pembangunan jembatan permanen. Namun, Plt Camat Jembrana, Tri Karyna Ambaradadi, menjelaskan bahwa pembangunan jembatan permanen belum dapat diprioritaskan.
“Kalau dipaksakan membangun jembatan permanen, tentu tidak efektif karena biayanya tinggi. Sementara saat ini pemerintah harus menyesuaikan dengan keterbatasan anggaran,” ujar Tri Karyna Ambaradadi, Minggu 7 Desember 2025.
Setelah proses mediasi berlarut sejak 2022, akhirnya ditemukan titik temu pada pertemuan terakhir. Delapan KK tersebut kini diperbolehkan menggunakan jalur alternatif, yang merupakan milik warga setempat, berdasarkan kesepakatan bersama.
Tri Karyna Ambaradadi menegaskan bahwa dengan dibukanya akses alternatif ini, warga tidak lagi tergantung pada jembatan bambu.
“Kami sudah beberapa kali memfasilitasi mediasi sejak 2022 hingga 2023. Kini sudah ada kesepakatan akses jalan alternatif dapat digunakan oleh delapan KK tersebut tanpa harus melewati jembatan bambu,” jelasnya.
Solusi ini diharapkan membuat aktivitas harian warga menjadi lebih aman dan nyaman, sembari menunggu kemungkinan penataan lebih lanjut sesuai kemampuan anggaran pemerintah.
Diberitakan sebelumnya, akses vital belasan kepala keluarga (KK) dan siswa di Lingkungan /Kelurahan Pendem, Jembrana, berada di ambang bahaya setiap harinya. Mereka terpaksa mempertaruhkan keselamatan dengan menyeberangi jembatan bambu rapuh yang sudah miring dan rawan ambruk, karena ini adalah satu-satunya jalan keluar masuk pemukiman.
Sekitar 15 KK lebih bergantung pada jembatan usang ini, termasuk siswa sekolah yang menggunakannya setiap hari. Meskipun awalnya dibangun sudah lebih dari 10 tahun dan berulang kali hanyut terbawa banjir, warga harus terus membangun ulang jembatan ini secara swadaya. Kepala Lingkungan Pendem, Nyoman Nala, mengaku sudah berulang kali mengusulkan bantuan perbaikan kepada pemerintah, namun hingga kini belum ada realisasi. CAK/IJN

