I Ketut Sunda dan Perintah Raja, Jejak Kelahiran Desa Asahduren Jembrana

0
16
Salah satu tempat cozy di desa Asahduren, Kecamatan Pekutatan Jembrana. 9ss ig @bidangpariwisatajembrana).

Bayangkan berjalan melintasi hutan lebat hanya dengan sepuluh orang penduduk saja. Inilah awal mula Desa Asahduren Pekutatan, Jembrana. Kisahnya bermula dari sebuah perintah pengungsian yang dramatis di tahun 1925. Perintah ini datang dari Raja Karangasem langsung. Lantas, mengapa warga harus pindah jauh ke Pekutatan, Jembrana? Mari kita simak kisahnya.

Perintah Agung dari Karangasem

Pada tahun 1925, wilayah yang kini menjadi Asahduren masih hutan. Penduduknya hanya sekitar sepuluh orang saja. I Dewa Agung Karangasem mengeluarkan perintah tegas saat itu. Ia memerintahkan warganya (krama) mengungsi ke Jembrana. Warga Banjar Lebih di Karangasem harus pindah ke Pekutatan.

Warga awalnya khawatir dengan tempat baru ini. Berita burung mengatakan tempat itu penuh nyamuk. Mereka takut nyamuk akan membawa penyakit berbahaya. Namun, perintah Raja I Dewa Gede Agung sudah bulat. Tidak ada krama yang boleh menolak. Mereka wajib segera berangkat.

Survei Lokasi dan Tanah Perkebunan

Para tetua desa (pemucuk) lantas maju lebih dulu. Mereka berangkat untuk memastikan lokasi pengungsian tersebut. Mereka ingin tahu kondisi sebenarnya. Setelah tiba di Pekutatan, para pemucuk terkejut. Lokasi itu ternyata sangat baik.

Tempat itu datar dan amat cocok untuk perkebunan. Jumlah nyamuk di sana ternyata tidak terlalu banyak. Setelah yakin, para pemucuk ini segera kembali ke Banjar Lebih. Mereka meyakinkan krama lain tentang lokasi yang menjanjikan itu. Lokasi baru ini sangat ideal untuk berkebun.

Perjalanan Sunyi dan Nama “Asah Beduuran”

Tiga keluarga memulai perjalanan penting ini pada tahun 1928. Mereka ditemani I Belbel, prajuru Banjar Lebih. Rombongan ini sampai di Pekutatan, Jembrana. Mereka lalu menuju ke utara. Mereka melintasi jalan setapak yang terus menanjak. Akhirnya mereka menemukan lokasi tanah yang datar.

Sebelum merabas hutan, mereka bermusyawarah terlebih dahulu. Mereka memohon petunjuk dari Sang Hyang Widhi. Hutan lebat pun mulai dirabas ke segala arah. Proses perintisan ini memakan waktu beberapa tahun. Akhirnya, terciptalah sebuah wilayah baru. Wilayah itu mereka namakan “ASAH BEDUURAN”.

Kelahiran Banjar Asahduren

Kemudian, datanglah rombongan susulan sebanyak 50 orang. Mereka datang atas perintah I Dewa Gede Agung. Mereka melihat tempat yang disebut Asah Beduuran. Mereka pun berunding untuk memberikan nama banjar. Mereka sepakat nama Banjar Asah Beduuran dipakai.

Namun, demi persatuan, nama itu diubah. Ada kelompok yang datang lebih awal. Ada juga kelompok yang datang belakangan. Akhirnya mereka bersatu dan bersepakat. Mereka menamai wilayah itu menjadi Banjar Asahduren. Banjar ini masih termasuk Desa Pekutatan.

Total luas wilayah Asahduren kala itu mencapai 162 hektar. Kisah persatuan ini menjadi cikal bakal Asal Usul Pekutatan Jembrana.

Peran Klian I Ketut Sunda

Tahun 1935 menjadi titik balik penting desa. I Dewa Gede Agung meminta I Ketut Sunda. Pemerintah Belanda juga menyetujui penunjukan ini. I Ketut Sunda ditunjuk sebagai Klian Banjar Asahduren. Klian I Ketut Sunda bekerja tanpa kenal lelah. Ia memohon keselamatan untuk Banjar Asahduren.

Upaya ini berbuah hasil yang baik. Jumlah penduduk yang bermukim semakin bertambah. Tercatat sudah ada 200 orang bermukim di sana. Wilayah banjar ini akhirnya dimekarkan. Tahun 1947 mereka resmi berpisah dari Desa Pekutatan. Wilayah itu lalu menjadi Desa Asahduren mandiri.

I Ketut Sunda kemudian diangkat sebagai kepala desa pertama. Sejak saat itu, Desa Asahduren terus berkembang. Desa ini menjadi tempat yang aman dan damai. Masyarakatnya hidup rukun berdasarkan konsep Tri Mandala. Desa ini identik dengan suasana sejuk dan asri. Kisah ini adalah bagian penting dari Sejarah Desa Asahduren. (GA/IJN).

Sumber artikel: https://asdur.blogspot.com/2009/05/sejarah-desa-asahduren.html

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here