Buka Hutan dan Lawan Malaria, Jejak Keturunan Dalem Benculuk di Balik Lahirnya Desa Pekutatan

0
14
Ilustrasi masyarakat membuka hutan mendirikan Desa Pekutatan.

InfoJembrana.com | JEMBRANA- Sebuah desa yang kokoh pasti menyimpan kisah hebat para pendirinya. Desa Pekutatan di Jembrana juga memiliki cerita demikian. Nama Pekutatan lahir dari perjuangan keras membuka hutan. Siapakah tokoh di balik pembukaan hutan Pekutatan ini? Kisah ini membawa kita kembali ke tahun 1904 yang penuh tantangan.

Pan Derasning: Keturunan Raja Pembuka Hutan

Sejarah Desa Pekutatan dimulai oleh Pan Derasning. Beliau datang dari Pangkung Tibah, wilayah Tabanan. Tahun 1904, Pan Derasning tiba dan mulai membuka hutan di sana. Beliau ditemani oleh seorang tokoh bernama Uwak Leman.

Pan Derasning ternyata bukanlah orang biasa. Ia merupakan keturunan Ki Wayahan Tegeh Pangkung. Ki Wayahan Tegeh Pangkung adalah trah dari Dalem Benculuk Tegeh Kuri. Keluarga ini sebelumnya telah pindah ke Jembrana sejak tahun 1828. Kepindahan itu terjadi pada masa Perang Diponegoro sedang berlangsung. Darah ksatria mengalir kuat pada sosok Pan Derasning.

Migrasi Besar dan Tantangan Malaria

Perkembangan Pekutatan terus terjadi hingga 1917–1927. Pembangunan mulai digalakkan pada periode ini. Jalan tanah tembus ke Yeh Leh dan Soka dibuka pada tahun 1927. Akses ini memperlancar hubungan wilayah sekitarnya.

Sekelompok warga lain datang untuk menetap. Sekitar tahun 1925–1928, warga dari Karangasem ikut pindah. Mereka berasal dari Banjar Lebih dan diperintahkan ke Pekutatan. Kabar penyakit malaria sempat membuat mereka ragu. Namun, mereka akhirnya tetap pergi dan kemudian menetap di sana.

Mereka juga membuka hutan di wilayah yang baru. Daerah yang dibuka itu disebut Asah Beduran. Wilayah ini kemudian berkembang menjadi Banjar Asah Duren. Kelompok dari Munggu juga datang, menambah keragaman penduduk. Kehadiran mereka memperkaya sejarah Desa Pekutatan yang unik.

Infrastruktur dan Pemekaran Wilayah

Pembangunan infrastruktur perlahan mulai meningkat. Jalan geladag mulai dibangun di sekitar wilayah Pekutatan. Pembangunan ini terjadi pada tahun 1935 yang lalu. Infrastruktur ini membantu mobilitas masyarakat. Desa ini kemudian terbagi menjadi empat banjar utama.

Keempat banjar itu adalah Banjar Pasar dan Banjar Dauh Pangkung. Ada juga Banjar Dangin Pangkung dan Banjar Yeh Kuning. Wilayah Asah Duren awalnya merupakan bagian Pekutatan. Namun, kebutuhan administratif menuntut pemekaran baru. Wilayah Asah Duren akhirnya dimekarkan pada tahun 1947. Pemekaran ini menjadikannya desa tersendiri.

Kisah sejarah Desa Pekutatan mencerminkan semangat juang. Pan Derasning dan para pendatang berhasil menaklukkan alam. Mereka mengubah hutan belantara menjadi desa yang makmur. Warisan semangat ini harus terus dijaga hingga kini. Pekutatan adalah simbol ketangguhan dan persatuan. (GA/IJN).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here