InfoJembrana.com | JEMBRANA – Jelang libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, perbaikan di “jalur tengkorak” Denpasar-Gilimanuk menjadi sorotan. Perbaikan ini dilakukan untuk memastikan kelancaran lalu lintas selama periode puncak liburan. Namun, sistem perbaikan yang dilakukan hanya sebatas tambal sulam, menimbulkan pertanyaan tentang durabilitasnya.
Dari pantauan di lapangan, sejumlah alat berat telah dikerahkan untuk menutup puluhan lubang yang membahayakan pengendara. Penambalan ini dilakukan secara masif, membentang dari Jalur Antosari di Kabupaten Tabanan hingga hutan Cekik di Kabupaten Jembrana.
Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Provinsi Bali, I Made Mardita, perbaikan ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang dipercepat untuk menghadapi lonjakan kendaraan saat Nataru. “Kita perbaikan rutin ini, mumpung cuaca cerah. Sekaligus biar Nataru kita aman dari lubang,” ujarnya saat dikonfirmasi.
Mardita memperkirakan ada lebih dari 50 titik lubang yang ditangani secara menyeluruh di sepanjang jalur ini. Meskipun begitu, ia mengakui bahwa perbaikan yang dilakukan tidak bersifat menyeluruh, melainkan hanya berfokus pada penambalan. “Tahun ini hanya tambal sulam, tidak ada perbaikan total,” tegasnya.
Pihak BPJN Jawa Timur-Bali juga telah mengantisipasi tantangan musim hujan dengan menyiapkan berbagai peralatan, termasuk crane dan mesin potong kayu, untuk menangani potensi kerusakan atau masalah di lapangan.
Meskipun tambal sulam ini diharapkan dapat meminimalisir risiko kecelakaan dan kemacetan selama libur Nataru, kondisi jalan yang vital ini membutuhkan solusi jangka panjang. Pertanyaan besar yang tersisa adalah, apakah perbaikan tambal sulam ini cukup untuk menopang beban lalu lintas dan cuaca ekstrem, atau hanya solusi sementara yang akan segera rusak kembali? CAK/IJN
