Jadi Kelurahan Terbaik 2025, Asal Usul Kelurahan Baler Bale Agung, Kisah Pembagian Banjar dan Pengenaan Pajak Tanah

0
18
Ilustrasi Kelurahan Baler Bale Agung yang baru saja dinobatkan sebagai Kelurahan terbaik Provinsi Bali.

INFOJEMBRANA.COM| JEMBRANA– Kelurahan Baler Bale Agung dinobatkan secara resmi menjadi Kelurahan Terbaik Provinsi Bali 2025. Pernahkah kalian tahu sejarah asal usul Kelurahan di Kota Negara ini?

Di Jembrana, sejarah tak hanya tentang pura dan raja, tapi juga soal pajak. Pembentukan wilayah di Baler Bale Agung berawal dari pengenaan upeti. Pajak dihitung berdasarkan jumlah pohon kelapa. Inilah kisah evolusi birokrasi kolonial.

Struktur administrasi Jembrana mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi akibat pengaruh Belanda.

Pembentukan Banjar Berdasarkan Wajib Pajak

Pada masa kolonial, administrasi mengalami perubahan. Hal itu terjadi menjelang pengenaan upeti atas tanah. Upeti dikenakan atas tanah milik pribumi yang produktif. Pajak dihitung berdasarkan pohon kelapa. Pohon kelapa untuk tanah tegalan. Sementara pajak dihitung dari depuk padi. Itu berlaku untuk tanah sawah yang subur.

Dalam sebuah buku tua tahun 1887 ditemukan catatan. Catatan itu tersimpan di kantor Sedahan Agung Jembrana. Para wajib pajak terbagi menjadi tiga kelompok. Tiga kelompok ini kemudian membentuk banjar. Banjar-banjar ini menjadi cikal bakal wilayah.

Kelompok wajib pajak di utara Pura Bale Agung. Mereka disebut Banjar Kajanan oleh penduduk setempat. Banjar ini dipimpin oleh seorang Kelihan. Kelihan itu bernama Pan Singasti. Kelompok wajib pajak lain di selatan Puri Agung. Mereka disebut Banjar Kelodan oleh masyarakat. Banjar ini dipimpin Kelihan yang bernama Pan Ginar. Wajib upeti yang terletak di antara kedua banjar. Mereka dinamakan Banjar Tengah oleh warga desa. Banjar ini dipimpin seorang Kelihan bernama Pan Nuriasing. Ketiga Banjar ini menjadi wilayah Desa Negara. Semuanya dipimpin oleh seorang Prebekel Geor.

Evolusi Nama Desa Dajan Bale Agung

Perubahan nama dan wilayah terus terjadi. Terutama di awal abad ke-20. Pada tahun 1910, saat I Gusti Ketut Menang menjabat. Beliau menjabat sebagai Sedahan Agung Jembrana. Banjar Kajanan di utara Pura Bale Agung berubah. Wilayah itu disebut Desa Dajan Bale Agung.

Desa ini mengalami perkembangan signifikan. Wilayahnya terdiri dari Banjar Kajanan. Juga Banjar Kebonan dan Banjar Pangkung Jajung. Pada tahun 1915 bertambah lagi satu banjar. Banjar baru itu bernama Banjar Cibunguran. Sekitar seratus warga Desa Dajan Bale Agung. Warga memiliki tanah yang dikenakan upeti. Upeti dihitung dari jumlah pohon kelapa yang dimiliki.

Tercatat ada banyak nama warga. Warga yang bertempat tinggal di sana. Di Banjar Kajanan ada Pan Muder, Pan Mukranis. Serta Gagus Tabya dan Gusti Lintang. Di Banjar Kebon ada Pan Sngasti dan Gusti Pekek Resih. Sedangkan di Banjar Pangkung Jajung ada Pan Mukisaning.

Perubahan Status dan Kelahiran Kelurahan Baler Bale Agung

Wilayah desa yang menjadi kota Negara. Tempat bertahtanya Regent Of Jembrana. Sebagian besarnya telah menjadi persawahan. Persawahan itu sumber airnya Sungai Ijo Gading. Sebelum tahun 1890 sudah bernaung. Bernaung dalam organisasi persubakan. Ada Subak Pangkung Jajung dan Subak Cibunguran. Juga Subak Banjar Tengah dan Subak Kedua.

Organisasi persubakan ini menyiwi pura. Pura yang terletak di timur Puri Agung Negara. Pura ini disebut Pura Tilaar Negari. Semuanya berada di bawah koordinasi. Koordinasi Prebekel I Wayan Gelor.

Pada tahun 1922, pemerintah Belanda mengadakan klasiran. Klasiran atas semua tanah milik pribumi. Hal itu dilakukan untuk dasar perhitungan. Perhitungan pengenaan pajak bumi (Landrent). Pajak dihitung berdasarkan luas tanah. Serta kelas tanah yang legal. Sejak saat itu, Desa Dajan Bale Agung berganti nama. Namanya diubah menjadi Desa Baler Bale Agung.

Perubahan wilayah administrasi juga terjadi. Banjar Kajanan dan Banjar Cibunguran disatukan. Disatukan menjadi Banjar Bale Agung. Pertimbangannya karena berbatasan dengan pura. Yaitu dengan Pura Desa Bale Agung. Banjar Pangkung Jajung dan Banjar Kebon disatukan. Disatukan menjadi Banjar Kebon. Karena wilayah itu bekas perkebunan.

Beberapa tahun berikutnya, Desa Baler Bale Agung meluas. Wilayahnya bertambah dengan dua banjar baru. Yaitu Banjar Pangkung Manggis. Banjar ini dibuka untuk perumahan dan pertanian. Banjar Pangkung Gayung juga dibuka. Dibuka untuk pertanian dan pemukiman.

Pada tahun 1980, masyarakat Hindu membangun pura. Pura Taman yang terletak di pinggir Sungai Ijo Gading. Pura itu di timur Balai Desa Baler Bale Agung. Sebagai realisasi undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1979. Desa Baler Bale Agung diresmikan. Diresmikan menjadi Kelurahan Baler Bale Agung. Peresmian itu terjadi pada 3 Juni 1981. (GA/IJN).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here