Selamatkan 8 Korban KMP-TPJ, Ini Kisah Heroik Dua Nelayan Pebuahan

0
903
Aksi kemanusiaan ditunjukan dua nelayan, yakni Lukman Hakim (44), dan Santoso (45) asal Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana. Kedua nelayan ini berhasil menyelamatkan dan mengevakuasi 8 orang korban kapal KMP Tunu Pratama Jaya (TPJ) dari tengah laut. Sumber foto : CAK/IJN.

JEMBRANA, (IJN) – Aksi kemanusiaan ditunjukan dua nelayan, yakni Lukman Hakim (44), dan Santoso (45) asal Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana. Kedua nelayan ini berhasil menyelamatkan dan mengevakuasi 8 orang korban kapal KMP Tunu Pratama Jaya (TPJ) dari tengah laut. Namun sayang, dua korban lainya dalam kondisi meninggal dunia.

Kisah heroik ini terjadi saat insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada Kamis dini hari (3/7/2025). Lukman, nelayan yang menjadi penolong pertama saat itu tengah berada di tengah laut melakukan aktifitas memancing ikan.

Dini hari itu, saat sedang menabur pancing sekitar pukul 02.30 WITA, ketenangan laut mendadak pecah oleh teriakan minta tolong. Awalnya ia merasa takut saat mendengarkan teriakan salah satu korban selamat dan sempat mengira bahwa itu suara hantu laut karena kondisi gelap. “Saya kira hantu laut baru denger pertamakali! Masih merinding saya,” akunya.

Namun seiring didengar teriakan minta tolong itu semakin banyak dan berulang ulang, baru akhirnya dia memberanikan diri mendekat. Dengan penerangan seadanya ia menemukan korban dalam kondisi mengapung di tengah laut dan segera menaikkannya ke perahu. Korban pertama ini, yang ia duga nelayan, ternyata adalah penumpang kapal.

Lukman sempat mengintrogasi korban dan mendengar cerita musibah kapal tenggelam yang dialami korban. Sehingga ia memutuskan untuk kembali mencari cari korban lainnya seiring mendengar teriakkan minta tolong sayup sayup dari kejauhan. “Saya kembali mencari yang lain lagi, karena dengar orang minta tolong,” tuturnya.

“Saya cari-cari sumber suaranya belum ketemu lalu mematikan mesin. Ketika mesin mati, baru terdengar suaranya, saya teriak lagi. Tak lama saya dengar suara orang tolong-tolong dan ternyata dekat,” akunya lagi.

Tak lama setelah menolong korban pertama, Lukman kembali mendengar suara peluit dan teriakan lainnya. Ia berusaha mendekat namun karena arus dan gelombang tinggi, membuatnya memutar haluan. Di tengah keputusasaan, ia bertemu dengan rekannya, Santoso. Tanpa ragu, Lukman menceritakan penemuannya, dan Santoso pun ikut terjun membantu.

Bersama-teman, kedua nelayan ini menyusuri area musibah. Upaya heroik mereka membuahkan hasil. Dua orang korban berhasil ditemukan dalam kondisi hidup, meskipun satu korban lainnya sudah meninggal dunia. Semangat pantang menyerah Lukman tak berhenti di situ. Ia kembali melihat cahaya kelap-kelip di tengah laut.

Mendekati sumber cahaya tersebut, ia kembali menemukan empat korban, meskipun satu di antaranya telah meninggal. Kedua nelayan ini berhasil mengevakuasi 8 korban dibawa ke daratan, 2 diantaranya dalam kondisi meninggal dunia.

Lukman juga berbagi kisah menyentuh tentang seorang anak yang ditemukan bersama ayahnya. “Saat saya temukan dua korban mengapung, ternyata anak dan ayahnya. Anaknya memegang erat ayahnya. Ketika itu ditemukan ayahnya sudah meninggal, sedangkan anaknya masih hidup,” tuturnya haru.

Setibanya hampir di darat, Lukman tak berhenti berjuang. Ia bahkan mengajak nelayan lainnya untuk turut serta membantu pencarian korban. Sehingga pada Selasa (8/7/2025), ada 12 nelayan diberikan penghargaan dan bantuan sembako serta uang tunai oleh Pemerintah Daerah atas perjuangannya dalam aksi kemanusiaan.

Penghargaan dan apresiasi ini langsung diberikan oleh Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan. Meski diganjar penghargaan, Lukman tetep merendah. Baginya, menolong sesama yang tertimpa musibah adalah kewajiban sebagai manusia. Kisah Lukman dan Santoso adalah cerminan sejati semangat gotong royong dan kemanusiaan yang patut diteladani. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here