7 Kasus Pelecehan Seksual Anak di Jembrana Kurun Waktu Lima Bulan

0
204
Kasipidum Kejari Jembrana Delfi Trimariono. Sumber foto : Cak/IJN.

JEMBRANA, (IJN) – Dalam kurun waktu lima bulan terakhir, tercatat sudah ada tujuh anak yang menjadi korban pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur. Mirisnya, para pelaku tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak di bawah umur. Dua dari sepuluh pelakunya bahkan masih anak-anak.

Data yang diperoleh dari Kejari Jembrana, kasus pelecehan seksual terhadap anak di Jembrana kian memprihatinkan. Sejak Januari hingga Mei 2024, telah terjadi tujuh kasus pelecehan anak di bawah umur.

“Lebih parahnya, ada dua kasus di mana satu anak menjadi korban pelecehan oleh lebih dari satu pelaku,” ungkap Kasipidum Kejari Jembrana Delfi Trimariono, Senin 2 Juni 2024.

Dua kasus terakhir, kata Delfi, melibatkan beberapa pelaku terhadap anak di bawah umur. Salah satunya adalah kasus persetubuhan di mana dua pelaku di bawah umur mencabuli satu anak, dan kasus lainnya di mana tiga pelaku secara bergiliran mencabuli satu anak di bawah umur.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, data menunjukkan tren peningkatan kasus pelecehan seksual anak di Jembrana. Hal ini diperparah dengan semakin banyaknya pelaku yang terlibat. “Dari data yang ada, terjadi peningkatan kasus yang cukup drastis,” ujar Delfi.

Untuk itu, kata dia, upaya pencegahan perlu diintensifkan. Penegakan hukum oleh aparat penegak hukum memang penting, namun peran keluarga juga tak kalah penting. Sosialisasi pencegahan sudah sering dilakukan pada anak-anak usia sekolah dan orang tua melalui penyuluhan hukum,” tutur Delfi.

Selain Kejari Jembrana, sosialisasi juga dilakukan oleh pemerintah daerah melalui dinas terkait. Namun, upaya-upaya ini tampaknya belum mampu mencegah terulangnya kasus-kasus pelecehan seksual anak.

“Perlu ada upaya-upaya lebih masif dan intensif lagi untuk pencegahan,” tegas Delfi.

Dari kasus-kasus yang telah terjadi, Delfi mengidentifikasi dua faktor utama yang menjadi penyebab pelecehan seksual anak, yaitu pengaruh media sosial yang tidak terkontrol dan pengawasan orang tua yang masih belum maksimal.

“Kedua penyebab ini saling berkaitan erat. Kuncinya ada pada pengawasan orang tua,” terangnya.

Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah penting dalam mencegah terjadinya kasus pelecehan anak, baik sebagai korban maupun pelaku.

Delfi mengingatkan orang tua untuk lebih mengawasi anak dalam penggunaan media sosial dan pergaulannya. Jika pengawasan orang tua tidak dioptimalkan, dikhawatirkan kasus-kasus ini akan terus berulang dan bagaikan fenomena gunung es.

“Ini adalah tanggung jawab bersama. Orang tua, sekolah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk melindungi anak-anak kita,” pungkasnya. CAK/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here