Berangkat dari Tradisi Ngotek, Cetuskan Lomba FIMS di Loloan dan Kini Memasuki yang ke 26

0
729
Ket foto : Suasana pembukaan FIMS yang di gelar di wilayah Kelurahn Loloan Barat dan dibuka Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Sabtu , 6 April 2024, malam. sumber foto : Dok. Infojembrana

JEMBRANA, (IJN) – Tradisi ngotek atau irama musik sahur di Bulan Ramadhan, terutama di Loloan , sudah menjadi kebiasaan untuk membangunkan orang untuk segera sahur. Biasanya tradisi membunyi irama sahur atau ngotek ini dilakukan anak-anak berkeliling kampung dengan alat seadanya.

Melihat kebiasaan ini, Mohammad Hazin Umar warga Kelurahan Loloan Barat mencetuskan untuk menggelar Festival Irama Musik Sahur (FIMS) pada setiap Bulan Ramadhan. Dari tonggak itu, dia bersama dengan pemuda dan remaja Loloan Barat sekitar tahun 1997, Festival Ngotek atau Festival Irama Musik Sahur digelar pertama kalinya.

“Festival ini saya cetuskan pertama kali tahun 1997 dan kali ini alhamdulillah FIMS sudah menginjak yang ke 26 tahun. Mulanya saya gagas Festival ini melihat ngotek sebagai tradisi atau kebiasaan masyarakat Loloan untuk membangunkan orang sahur. Ketika saya duduk sekitar jam tiga pagi, saya lihat banyak anak-anak ngotek membangunkan orang untuk sahur. Lalu muncul ide saya, untuk melestarikan dan mengaktualisasikan ngotek atau irama sahur ini jadi ajang fesfival,” terangnya.

FIMS ke 26 dengan tema Perisai Biru dalam rangka menghadapi jaman modern. Menurutnya, perisai itu identik dengan pertahanan dan biru identik air laut yang mengalir seperti mengikuti jaman. Maka itu pelestarian musik ngotek ini supaya terus dilakukan dengan tetap mengikuti perkembangan jaman.

Festival yang diikuti 53 group atau kelompok di tahun ini, juga dibuka dengan suguhan tari kontemporer. Dari 53 group itu, masing-masing group sebanyak 15 anak didampingi 2 orang ofisial. Jumlah peserta anak anak sebanyak 21 dan sisanya kategori dewasa.

Alat alat musik atau yang menimbulkan bunyi seperti kentongan dari bambu tetap menjadi kewajiban setiap peserta. “Kita pasang aturan, kentongan harus digunakan pada setiap peserta. Kentongan itu harus dibawa, jadi yang peserta yang tidak bawa itu, tentunya akan mengurangi nilai. Karena kentongan sebagai alat dasar,” ujar Hazin selaku Ketua Panitia serta pelaku seni ditemui di sela sela acara.
Panitia juga sudah menunjuk beberapa orang menjadi juri dengan memberi penilaian tentunya terkait bunyi alat musiknya, vokal, kerapian dan beberapa penilaian lainnya.

Terkait festival ini, Bupati Jembrana I Nengah Tamba menyampaikan Festival Irama Musik Sahur supaya menjadi Event Kabupaten Jembrana. “Acara ini sudah yang ke 26. Karena itu, saya minta ke Pak Kadis untuk menetapkan acara ini sebagai Event Kabupaten Jembrana,” ujarnya. Tamba berterima kasih pada panitia dan masyarakat di Loloan, karena telah menjaga kondusifitas.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Remaja Loloan Barat dan Lelateng ini mampu menyedot perhatian ribuan masyarakat yang tumpah ruah menyaksikan jalannya festival tahunan yang diikuti puluhan grup ini.

Iring-iringan pawai FIMS ini  diawali dari Perempatan Setra Lelateng menuju arah Selatan jalan Semangka, Loloan Barat kemudian menuju jalan Gunung Agung Loloan Timur melewati Pasar Ijo Gading. Dalam event FIMS ini , juga dihadiri Kapolres Jembrana AKBP Endang Tri Purwanto, Dandim 1617 Jembrana dan pejabat lainnya. ONO/IJN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here